Pasar aset kripto kembali menyaksikan lonjakan signifikan, dengan Bitcoin (BTC) berhasil menembus angka psikologis $115.000 pada 13 September 2025. Kenaikan ini didukung oleh data on-chain yang menunjukkan tekanan beli yang kuat, sebagaimana diungkapkan oleh analis kripto Burak Kesmeci. Menurut data terbaru, Bitcoin diperdagangkan di sekitar $115.895, menunjukkan sedikit penurunan harian sebesar 0,07% atau sekitar $70. Rentang perdagangan intraday tercatat antara $115.273 hingga $116.201.
Analis Burak Kesmeci menyoroti Rasio Taker Buy Sell (Taker Buy Sell Ratio) di bursa Binance yang telah bertahan di atas angka 1 selama tiga hari berturut-turut. Indikator ini mengukur proporsi pesanan beli yang dieksekusi oleh pembeli yang 'mengambil' likuiditas pasar dibandingkan dengan pesanan jual oleh penjual yang 'mengambil'. Kesmeci menjelaskan bahwa rasio di atas 1 mengindikasikan bahwa pesanan beli lebih dominan daripada pesanan jual, yang secara langsung diterjemahkan sebagai peningkatan tekanan beli di pasar. Lebih lanjut, ia mencatat bahwa puncak lokal rasio ini di tahun 2025 mencapai sekitar 1,15, menandakan bahwa sentimen investor tetap kuat namun belum mencapai titik 'overheated' atau terlalu panas. Situasi ini memberikan sinyal positif bagi potensi apresiasi harga Bitcoin lebih lanjut.
Sebelum lonjakan ini, Bitcoin sempat menutup bulan Agustus di bawah level $110.000, menunjukkan adanya momentum kenaikan yang solid dalam sepekan terakhir. Secara historis, rasio Taker Buy Sell Ratio yang berada di atas 1 sering kali dikaitkan dengan kondisi pasar yang bullish atau cenderung naik. Hal ini memberikan dasar fundamental bagi optimisme yang berkembang di kalangan investor.
Pergerakan harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh faktor makroekonomi. Analis Christopher Tahir dari CryptoWatch mengamati bahwa sentimen risiko investor sangat terkait dengan kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Keputusan The Fed mengenai pemangkasan suku bunga, apakah satu atau dua kali lagi, akan menjadi penentu arah pergerakan Bitcoin dalam jangka pendek. Arus masuk dana ETF juga terus menjadi perhatian utama bagi investor institusional. Proyeksi jangka panjang menunjukkan potensi kenaikan yang lebih signifikan pada kuartal keempat 2025. Christopher Tahir memproyeksikan target harga Bitcoin bisa mencapai sekitar $135.000 pada akhir tahun, dengan asumsi perubahan kebijakan dari The Fed akan terus dipantau oleh investor. Tren ini sejalan dengan prediksi analis lain yang melihat potensi Bitcoin menembus $200.000 pada akhir 2025, didorong oleh kebijakan moneter yang lebih longgar dan masuknya dana institusional.
Sementara itu, fenomena "September Effect" atau kecenderungan pelemahan harga Bitcoin di bulan September masih tercermin, meskipun ada lonjakan intraday yang dipicu oleh rilis data ekonomi AS. Namun, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed berpotensi menetralkan dampak musiman tersebut. Data inflasi AS (CPI) yang sesuai ekspektasi pada 12 September 2025 juga telah mendorong pasar untuk mempertimbangkan potensi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan ini, yang dapat memicu reli teknis dan likuiditas sementara.
Pergerakan para 'whale' atau investor besar juga menjadi faktor penting. Ketika mereka memindahkan Bitcoin dari bursa ke dompet pribadi, ini sering diartikan sebagai niat untuk menyimpan aset dalam jangka panjang, yang dapat mengurangi tekanan jual di pasar spot. Dengan demikian, kombinasi data on-chain yang positif dan sentimen makroekonomi yang mendukung memberikan pandangan yang optimis terhadap prospek Bitcoin dalam waktu dekat.