Thailand bersiap menyambut era baru dalam industri pariwisatanya dengan meluncurkan program percontohan bertajuk 'TouristDigiPay' pada akhir tahun 2025. Inisiatif yang akan berjalan selama 18 bulan ini dirancang untuk memungkinkan turis asing mengkonversi aset kripto mereka menjadi Baht Thailand untuk keperluan belanja lokal. Langkah inovatif ini merupakan respons strategis pemerintah Thailand untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata yang sempat mengalami penurunan, terutama pasca-pandemi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal.
Program 'TouristDigiPay' merupakan hasil kolaborasi erat antara berbagai badan pemerintah Thailand, termasuk Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), Kementerian Keuangan, Kantor Pemberantasan Pencucian Uang (AMLO), dan Kementerian Pariwisata dan Olahraga. Mekanisme program ini menekankan bahwa aset kripto tidak akan digunakan secara langsung sebagai alat pembayaran barang dan jasa. Sebaliknya, turis akan menukarkan aset digital mereka melalui bursa kripto yang berlisensi di Thailand. Dana Baht yang dihasilkan kemudian akan disalurkan ke dompet digital (e-wallet) yang dapat digunakan untuk bertransaksi dengan para pedagang. Dengan demikian, setiap transaksi yang terjadi akan diselesaikan dalam Baht Thailand, memastikan kepatuhan terhadap regulasi keuangan domestik.
Upaya ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya adaptasi terhadap tren global dan kebutuhan untuk memberikan kemudahan bagi para pelancong. Data menunjukkan bahwa pariwisata Thailand, yang menyumbang sekitar 12% dari PDB negara, menghadapi tantangan dengan penurunan jumlah pengunjung. Pada paruh pertama tahun 2025, Thailand menyambut sekitar 16,8 juta turis, sedikit menurun dibandingkan 17,7 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya kunjungan dari pasar Tiongkok, yang mengalami penurunan hingga 34%. Di tengah persaingan regional yang semakin ketat, Thailand berupaya menciptakan pengalaman yang lebih mulus dan modern bagi para pelancong yang melek teknologi.
Untuk memastikan keamanan dan integritas sistem, 'TouristDigiPay' akan menerapkan langkah-langkah pengamanan yang ketat. Ini termasuk protokol Know Your Customer (KYC) dan Anti-Money Laundering (AML) yang komprehensif, baik bagi operator aset digital maupun penyedia layanan e-money. Selain itu, akan ada batasan pengeluaran bulanan, yang ditetapkan hingga 500.000 Baht per orang, serta pembatasan penarikan tunai secara langsung. Pembatasan ini dirancang untuk memastikan bahwa sistem hanya digunakan untuk keperluan perjalanan dan mencegah potensi penyalahgunaan.
Para pejabat Thailand, termasuk Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira, menekankan bahwa inisiatif ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memfasilitasi kedatangan turis asing dan menawarkan inovasi baru yang melengkapi penggunaan uang tunai dan kartu kredit. Sekretaris Jenderal SEC, Pornanong Budsaratragoon, menambahkan bahwa proyek ini dibangun di atas ekosistem yang ada, mengintegrasikan sistem perdagangan aset digital yang diatur oleh SEC dengan sistem e-money yang diawasi oleh Bank of Thailand. Pendekatan ini menunjukkan komitmen Thailand untuk memanfaatkan teknologi digital guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata, sekaligus menjaga stabilitas sistem keuangan negara.
Dengan peluncuran 'TouristDigiPay', Thailand tidak hanya berinovasi dalam metode pembayaran, tetapi juga mengirimkan sinyal positif kepada pasar global bahwa negara ini terbuka terhadap perkembangan teknologi dan siap beradaptasi untuk memberikan pengalaman terbaik bagi para pengunjungnya. Inisiatif ini menjadi katalisator untuk eksplorasi lebih lanjut dalam mengintegrasikan aset digital ke dalam lanskap pariwisata, membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan daya tarik destinasi.