Pada tanggal 8 Oktober 2025, harga emas menembus angka bersejarah sebesar $4.000 per troy ons, melanjutkan kenaikan signifikan yang menarik perhatian pasar global. Lonjakan luar biasa ini merupakan hasil dari bertemunya berbagai dinamika kompleks, termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi yang meluas, dan pergeseran preferensi investor menuju aset yang dianggap aman. Harga emas spot tercatat naik 0,3% menjadi US$3.995,14 per ons pada pukul 00.44 GMT, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi baru. Harga emas berjangka AS bahkan sempat melonjak melewati US$4.000 per ons untuk pertama kalinya pada hari sebelumnya, Selasa (7/10/2025).
Dorongan utama di balik kenaikan ini adalah ketidakstabilan politik yang berkelanjutan, khususnya penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS), yang secara substansial mengikis kepercayaan terhadap instrumen keuangan konvensional. Pemerintahan federal AS resmi ditutup sejak Rabu, 1 Oktober 2025, setelah Kongres gagal meloloskan rancangan anggaran tahunan. Ketidakpastian politik domestik di negara ekonomi terbesar dunia ini secara otomatis memicu aliran modal besar-besaran ke aset yang dianggap aman. Selain itu, sentimen pasar juga sangat dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed).
Permintaan emas diperkuat secara signifikan oleh langkah bank sentral di berbagai negara yang secara agresif menambah cadangan emas mereka. Bank sentral seperti yang ada di Tiongkok dan Polandia disebut menjadi pembeli besar, menyerap pasokan pasar dan memberikan dukungan fundamental pada harga. Menurut laporan terbaru dari World Gold Council, pembelian emas oleh bank sentral berada pada level yang sangat tinggi karena ketidakpastian ekonomi dan politik global. Pergeseran strategis dalam manajemen cadangan devisa global ini diperkirakan akan berlanjut selama beberapa tahun mendatang.
Dampak pasar terasa jelas dengan adanya perubahan perilaku investasi; investor kini lebih memilih emas dibandingkan kelas aset lainnya, yang berujung pada peningkatan pembelian emas fisik dan lonjakan permintaan terhadap ETF yang didukung emas. Kenaikan harga emas ini juga memberikan tekanan pada pasar mata uang, terutama terhadap Dolar AS, karena para investor mencari alternatif yang kurang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar. Para pakar menunjukkan bahwa jika sentimen risk-off terus mendominasi, harga emas berpotensi menguji level psikologis $4.200 pada akhir tahun fiskal 2026. Goldman Sachs Group Inc. bahkan merevisi proyeksi harga emasnya, memperkirakan level US$4.900 per troy ons pada Desember 2026.