NATO dan Uni Eropa Perkuat Sayap Timur dengan Inisiatif 'Dinding Drone'

Diedit oleh: Татьяна Гуринович

Menyusul meningkatnya insiden serbuan drone Rusia, NATO dan Uni Eropa (UE) mempercepat rencana ambisius untuk membangun 'dinding drone' di sepanjang sayap timur aliansi. Inisiatif pertahanan komprehensif ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan dan kemampuan penangkalan terhadap ancaman udara yang terus berkembang, dengan Ukraina diharapkan menjadi mitra kunci dalam pengembangannya. Latar belakang mendesak untuk proyek ini adalah serangkaian insiden yang mengkhawatirkan, termasuk pelanggaran wilayah udara Polandia oleh sekitar 19 hingga 21 drone Rusia pada awal September 2025. Peristiwa ini, yang dianggap sebagai upaya untuk menguji waktu peringatan dan kecepatan intersepsi tanpa memicu Pasal 5, telah menyoroti celah dalam pertahanan udara NATO dan UE.

Sebagai tanggapan langsung, NATO telah meluncurkan 'Operasi Eastern Sentry' pada 12 September 2025, sebuah kerangka kerja yang memungkinkan pergerakan pesawat tempur, sensor, dan sistem pertahanan udara darat ke area berisiko tinggi. Operasi ini menandai pergeseran dari patroli udara rutin ke postur pertahanan udara dan rudal yang terintegrasi di sepanjang perbatasan timur. Konsep 'dinding drone' itu sendiri merupakan sistem berlapis yang menggabungkan jaringan sensor bertenaga kecerdasan buatan (AI), sistem penangkal elektronik (jammer), dan unit intersepsi drone. Estonia telah memelopori proposal 'Baltic Drone Wall', sebuah jaringan yang dirancang untuk memperkuat perbatasan timur UE dan NATO, dengan partisipasi dari Finlandia, Norwegia, dan Polandia. Inisiatif ini juga mencakup penggunaan drone untuk penanggulangan drone musuh dan platform penanggulangan drone bergerak untuk respons yang fleksibel.

Tokoh-tokoh penting di kedua sisi Atlantik telah menyuarakan dukungan kuat untuk proyek ini. Norbert Röttgen, seorang pakar kebijakan luar negeri Jerman, menekankan urgensi dengan menyatakan, "Kita membutuhkan perlindungan dari drone di sayap timur NATO, di sepanjang seluruh perbatasan timur NATO. Jadi ya, akan ada dinding ini." Ia juga menyoroti bahwa NATO membutuhkan drone untuk melindungi diri dari drone Rusia, dan Jerman sendiri "hampir tidak memiliki kemampuan" di bidang ini, serta memperingatkan adanya "perlombaan melawan waktu" dalam persiapan menghadapi serangan Rusia. Di tingkat Uni Eropa, Komisaris Pertahanan dan Luar Angkasa UE, Andrius Kubilius, memimpin upaya untuk mewujudkan konsep ini, menyatakan, "Kami benar-benar ingin bergerak maju dengan persiapan yang sangat, sangat intensif dan efektif untuk mulai mengisi kesenjangan ini, yang benar-benar sangat berbahaya bagi kami... secepat mungkin kami bisa melakukannya." Ia juga menekankan pentingnya koordinasi, "Tidak dapat diterima jika satu negara di sayap NATO melakukan satu hal di perbatasannya sementara negara lain melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda. Rusia akan mengeksploitasi titik lemah kita dalam tindakannya sendiri."

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, telah berjanji bahwa Uni Eropa akan membangun 'dinding drone' untuk melindungi 27 negara anggotanya dari ancaman kendaraan udara tak berawak (UAV), dan mengumumkan kemitraan drone senilai €6 miliar dengan Ukraina. Ia menegaskan, "Sayap timur Eropa melindungi seluruh Eropa. Dari Laut Baltik hingga Laut Hitam. Itulah sebabnya kita harus berinvestasi untuk mendukung pengawasannya." Ukraina, yang memiliki pengalaman tempur yang luas dalam perang drone, diharapkan menjadi kontributor kunci, bersedia berbagi keahliannya dalam melawan serangan drone Rusia secara efektif dan hemat biaya, termasuk sistem sensor akustik dan pengalaman dalam perang elektronik. Polandia dan Ukraina telah menandatangani nota kesepahaman untuk membentuk kelompok kerja bersama dalam sistem tak berawak dan program pelatihan, yang mencerminkan kolaborasi yang semakin erat dalam teknologi pertahanan. Sementara rincian spesifik mengenai pendanaan dan kerangka waktu implementasi 'dinding drone' masih dalam tahap awal diskusi, para analis memperkirakan bahwa sistem ini dapat dibangun dalam waktu sekitar satu tahun. Inisiatif ini mencerminkan pergeseran strategis yang lebih luas dalam menghadapi lanskap keamanan yang berubah, di mana drone menjadi komponen krusial dalam peperangan modern, dan menyoroti komitmen kolektif untuk memperkuat ketahanan Eropa terhadap ancaman di masa depan.

Sumber-sumber

  • Agencia Informativa Latinamericana Prensa Latina

  • Germany called for the creation of a 'drone wall' on the eastern flank of NATO

  • Estonia proposes Baltic Drone Wall to protect NATO’s eastern flank

  • The EU is considering a 'drone wall' on NATO's eastern border

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.