Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Schaibani, dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, di Washington D.C. pada hari Jumat, menandai kunjungan bersejarah pertama seorang pejabat Suriah ke ibu kota AS dalam lebih dari 25 tahun. Kunjungan ini merupakan momen penting dalam upaya Suriah membangun kembali hubungan internasional pasca-jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024 dan pembentukan pemerintahan interim di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa.
Agenda utama pertemuan ini adalah mendiskusikan pencabutan sanksi permanen yang membebani Suriah. Amerika Serikat telah menetapkan Suriah sebagai Negara Sponsor Terorisme sejak 1979 dan memberlakukan berbagai sanksi ekonomi sejak perang saudara pecah pada 2011. Namun, Presiden AS Donald Trump mengumumkan niatnya untuk mencabut semua sanksi terhadap Suriah pada Mei 2025, sebuah langkah yang didukung oleh Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi, sebagai upaya memberikan Suriah "kesempatan untuk kehebatan" dan memulai lembaran baru.
Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Suriah dimulai pada tahun 1944, namun mengalami pasang surut, termasuk pemutusan hubungan pada tahun 2005 dan pemulihan kembali pada tahun 2010. Jatuhnya rezim Assad pada Desember 2024 dan pembentukan pemerintahan transisi di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa pada Maret 2025 telah membuka jalan bagi normalisasi hubungan bilateral. Kunjungan al-Schaibani ke Washington diharapkan dapat menghasilkan dialog konstruktif untuk mengatasi tantangan yang ada dan membuka peluang bagi rekonstruksi ekonomi Suriah yang hancur akibat perang dan sanksi.
Pencabutan sanksi ini diharapkan dapat memulihkan ekonomi Suriah dengan membuka akses ke sistem keuangan internasional dan menarik investasi. Penguatan nilai tukar Lira Suriah terhadap Dolar AS juga menjadi indikasi awal dampak positif dari kebijakan ini. Kunjungan Menteri Luar Negeri Suriah ke Washington ini tidak hanya menjadi simbol pemulihan hubungan diplomatik, tetapi juga membuka harapan bagi stabilitas regional yang lebih luas.