Perguruan tinggi di seluruh dunia mempercepat pengembangan program dan kolaborasi untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam pendidikan, mempersiapkan mahasiswa menghadapi masa depan yang didominasi teknologi. Inisiatif ini, yang dijadwalkan untuk tahun 2025, melibatkan berbagai institusi di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Di Amerika Serikat, San Francisco State University (SF State) melalui program AI-nya berfokus pada penggunaan chatbot AI secara profesional dan analisis kritis terhadap AI generatif. Indiana University menawarkan kursus "GenAI 101" yang diajarkan oleh Brian Williams dengan chatbot AI Crimson, memberikan contoh penggunaan praktis alat AI, termasuk rekayasa prompt, pengelolaan output generatif, dan etika AI, dengan kredensial digital bagi peserta yang menyelesaikan kursus. Colorado State University (CSU) berencana meluncurkan "ChatGPT Edu" yang akan tersedia bagi lebih dari 460.000 mahasiswa dan 63.000 staf di 23 kampusnya untuk meningkatkan literasi AI dan efektivitas pendidikan. Northeastern University berkolaborasi dengan Anthropic untuk mengeksplorasi integrasi AI dalam pendidikan tinggi, dengan fokus pada penggunaan AI untuk mendukung aktivitas pendidikan seperti pembuatan panduan penelitian dan kuis.
Di Tiongkok, universitas-universitas seperti Shenzhen University, Zhejiang University, Shanghai Jiao Tong University, dan Renmin University of China mengintegrasikan model AI DeepSeek ke dalam program mereka. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat pendidikan AI dan mengatasi tantangan terkait keamanan, privasi, dan etika AI. Inisiatif ini mencerminkan pengakuan yang semakin luas akan signifikansi AI dan kebutuhan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk dunia yang didorong oleh AI.
Secara global, sekitar 86% mahasiswa dilaporkan menggunakan AI dalam studi mereka, dengan 54% menggunakannya setiap minggu, menunjukkan adopsi yang cepat. Di sisi lain, sekitar 61% staf pengajar telah menggunakan AI dalam pengajaran, namun sebagian besar melakukannya secara minimal, mengindikasikan adanya kesenjangan dalam pemanfaatan AI di kalangan pendidik. Hal ini menyoroti pentingnya program literasi AI bagi staf pengajar agar mereka dapat membimbing mahasiswa secara efektif dalam memanfaatkan teknologi ini secara bertanggung jawab. Keterampilan etika dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab semakin vital bagi lulusan, sebagaimana dilaporkan oleh Graduate Management Admission Council, yang menempatkan etika sebagai keunggulan kompetitif. Universitas kini berupaya menggeser pandangan dari AI sebagai ancaman menjadi sekutu, membuka transformasi besar dalam pedagogi dan pembelajaran mahasiswa. Pendekatan proaktif ini sangat penting untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi lanskap teknologi yang terus berkembang, memastikan bahwa AI dimanfaatkan untuk memberdayakan pembelajaran dan memajukan misi institusional dengan cara yang etis dan inklusif.