Pada malam 15-16 Agustus 2025, Rusia melancarkan serangan drone dan rudal yang signifikan ke wilayah Ukraina, yang terjadi bersamaan dengan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. Serangan tersebut melibatkan peluncuran 85 drone dan satu rudal balistik yang menargetkan empat wilayah Ukraina, termasuk Sumy, Donetsk, Chernihiv, dan Dnipropetrovsk. Angkatan Udara Ukraina melaporkan keberhasilan menembak jatuh 61 dari drone tersebut, yang sebagian besar adalah drone Shahed buatan Rusia. Secara terpisah, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan 139 bentrokan di berbagai titik kontak di sepanjang hari itu. Sementara itu, KTT antara Trump dan Putin di Joint Base Elmendorf-Richardson, Anchorage, Alaska, yang bertujuan untuk memajukan gencatan senjata di Ukraina, berakhir tanpa kemajuan konkret. Meskipun ada tampilan kerja sama, termasuk upacara karpet merah dan demonstrasi kekuatan militer AS, kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan samar tentang "kemajuan" dan "pemahaman bersama" tanpa mencapai kesepakatan spesifik mengenai gencatan senjata.
Presiden Putin menyatakan kesediaan untuk berdamai dengan syarat-syarat tertentu, sementara Presiden Trump memuji hubungan mereka dan mengklaim kemajuan, namun menahan diri untuk tidak mengkritik tindakan Rusia di Ukraina. Trump kemudian menyatakan bahwa tanggung jawab kini berada di tangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mewujudkan perdamaian, dan menyarankan negara-negara Eropa untuk terlibat lebih jauh. Perang di Ukraina, yang dimulai dengan invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022, telah menjadi konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II, dengan puluhan ribu korban jiwa. Sejak 2014, konflik ini telah menyebabkan lebih dari 14.000 korban jiwa sebelum invasi tahun 2022. Hingga tahun 2025, pasukan Rusia menduduki sekitar 20% wilayah Ukraina, dan jutaan warga Ukraina telah mengungsi. Keberhasilan pertahanan udara Ukraina dalam menembak jatuh sebagian besar drone menunjukkan ketahanan negara tersebut, namun kegagalan KTT untuk mencapai tujuan utamanya menimbulkan pertanyaan tentang komitmen nyata terhadap perdamaian dari semua pihak yang terlibat.