NASA terus membuat kemajuan signifikan dalam Proyek Tenaga Fisi Permukaan (FSP), sebuah inisiatif penting untuk mengembangkan sistem tenaga nuklir yang andal demi kehadiran manusia yang berkelanjutan di Bulan. Upaya ini merupakan lompatan maju dalam kemampuan eksplorasi antariksa, menyediakan fondasi energi yang kokoh untuk misi jangka panjang.
Pada Januari 2025, Westinghouse Electric Company menerima kontrak dari NASA dan Departemen Energi AS (DOE) untuk melanjutkan pengembangan desain reaktor mikro fisi. Proyek FSP berfokus pada penciptaan reaktor fisi nuklir yang ringkas dan penghasil listrik, yang akan memberikan sumber daya yang dapat diandalkan bagi para astronot di permukaan bulan dan untuk misi di masa depan. Inisiatif ini merupakan kelanjutan dari pekerjaan sebelumnya, termasuk proyek Kilopower, yang telah meletakkan dasar teknologi penting. Proyek Kilopower, yang dimulai pada tahun 2015, berhasil mengembangkan konsep dan teknologi awal untuk sistem tenaga nuklir fisi yang terjangkau, dengan demonstrasi eksperimental seperti uji coba KRUSTY pada tahun 2018.
Pada Juni 2022, NASA dan DOE memilih tiga mitra industri: Lockheed Martin, Westinghouse, dan IX (usaha patungan Intuitive Machines dan X-Energy). Masing-masing mitra ini menerima kontrak senilai sekitar $5 juta untuk mengembangkan desain awal sistem FSP. Desain ini harus memenuhi spesifikasi ketat, termasuk kemampuan menghasilkan daya listrik minimal 40 kilowatt (kW) secara berkelanjutan selama satu dekade, muat dalam silinder berdiameter 4 meter dan panjang 6 meter, dengan massa total tidak melebihi 6 metrik ton, serta mampu beroperasi secara otonom. Westinghouse, khususnya, memanfaatkan teknologi reaktor mikro eVinci™ miliknya untuk proyek ini.
Kebutuhan akan sumber energi yang andal di Bulan sangatlah mendesak. Berbeda dengan panel surya yang bergantung pada sinar matahari, reaktor fisi dapat beroperasi terus menerus, bahkan selama malam bulan yang berlangsung selama 14 hari atau di wilayah yang selalu teduh. Profesor Michael Fitzpatrick, seorang ahli teknologi nuklir, menekankan bahwa reaktor nuklir adalah satu-satunya sumber daya praktis untuk pangkalan bulan jangka panjang, karena ketergantungan pada penyimpanan baterai untuk tenaga surya menjadi tidak layak. Kemampuan untuk menyediakan daya yang konsisten dan tidak terputus sangat penting untuk mendukung sistem pendukung kehidupan, eksperimen ilmiah, dan operasi pangkalan yang berkelanjutan.
Perkembangan proyek FSP ini juga terjadi di tengah lanskap geopolitik yang dinamis. Negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok telah mengumumkan rencana bersama untuk membangun pangkalan bulan dan mengembangkan reaktor nuklir di sana pada pertengahan 2030-an. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk mempercepat upayanya, menjadikan penyebaran reaktor nuklir di bulan sebagai langkah strategis untuk memastikan kepemimpinan dalam eksplorasi antariksa. NASA menargetkan demonstrasi misi di bulan pada awal tahun 2030-an, sebuah jadwal yang ambisius namun dianggap dapat dicapai. Proyek ini juga menghadapi tantangan teknis yang signifikan, termasuk perlunya perlindungan radiasi yang efektif, manajemen panas yang canggih, ketahanan terhadap debu bulan yang abrasif, dan operasi otonom. NASA juga sedang mengembangkan konverter daya Brayton untuk mengubah panas dari fisi nuklir menjadi listrik. Keberhasilan proyek FSP akan menjadi kunci untuk memungkinkan kehadiran manusia yang berkelanjutan di Bulan, membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut ke Mars, dan memperluas jangkauan umat manusia di tata surya.