Tuntutan Energi dan Air AI yang Meningkat: Tantangan Lingkungan di Era Digital

Diedit oleh: an_lymons vilart

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2025 telah mentransformasi berbagai sektor, membawa kemajuan signifikan namun juga menghadirkan tantangan lingkungan yang memerlukan perhatian mendalam. Salah satu dampak paling menonjol adalah peningkatan drastis dalam permintaan energi dan air yang dibutuhkan oleh pusat data (data centers) yang menjadi tulang punggung operasional AI.

Menurut laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi listrik global oleh pusat data diproyeksikan akan berlipat ganda pada tahun 2030, mencapai sekitar 945 terawatt-jam (TWh). Angka ini setara dengan hampir 3% dari total konsumsi listrik global, dengan AI menjadi pendorong utama lonjakan ini. Pusat data yang dioptimalkan untuk AI diperkirakan akan meningkatkan permintaan listrik hingga empat kali lipat pada dekade ini. Di Amerika Serikat, Administrasi Informasi Energi (EIA) memperkirakan bahwa penggunaan listrik oleh pusat data akan terus meningkat, menyumbang porsi signifikan dari pertumbuhan konsumsi listrik nasional. Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2028, pusat data dapat menyumbang hingga 12% dari total penggunaan listrik AS, sebuah peningkatan substansial dari tahun-tahun sebelumnya.

Selain kebutuhan energi yang masif, AI juga memberikan tekanan besar pada sumber daya air. Pusat data memerlukan air dalam jumlah besar untuk sistem pendinginan guna menjaga suhu operasional perangkat keras. Diperkirakan satu pusat data berkapasitas 100 megawatt dapat mengonsumsi hingga 2 juta liter air per hari, setara dengan kebutuhan harian sekitar 6.500 rumah tangga. Angka ini dapat bervariasi; beberapa laporan menyebutkan bahwa pusat data besar dapat mengonsumsi hingga 5 juta galon air per hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum 10.000 hingga 50.000 orang. Bahkan, interaksi tunggal dengan model AI seperti ChatGPT diperkirakan menggunakan energi sepuluh kali lebih banyak daripada pencarian Google standar, dan kebutuhan air yang terkait dengan pemrosesan AI juga meningkat secara proporsional.

Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan mendasar mengenai masa depan pekerjaan. Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) "Future of Jobs Report 2025" memprediksi bahwa AI dan teknologi terkait akan menciptakan sekitar 170 juta pekerjaan baru pada tahun 2030, namun di sisi lain, sekitar 92 juta pekerjaan yang ada berisiko tergantikan. Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak akan peningkatan keterampilan (upskilling) bagi angkatan kerja. Namun, pandangan yang lebih kritis juga muncul, seperti dari Mo Gawdat, mantan Chief Business Officer Google X, yang memperingatkan bahwa AI berpotensi menggantikan sebagian besar pekerjaan manusia dalam 15 tahun ke depan, terutama menyasar kelas menengah. Ia berpendapat bahwa "Kecuali Anda berada di 0,1% teratas, Anda adalah seorang petani," menyiratkan potensi kesenjangan sosial yang melebar jika transisi ini tidak dikelola dengan bijak.

Di negara bagian Texas, Amerika Serikat, pertumbuhan pesat pusat data AI telah menimbulkan kekhawatiran serius terhadap infrastruktur listrik dan ketersediaan air. Para peneliti memprediksi bahwa kebutuhan listrik Texas dapat berlipat ganda pada tahun 2035, sebagian besar didorong oleh ekspansi pusat data. Potensi defisit air di seluruh negara bagian juga diproyeksikan mencapai 3.600 juta meter kubik pada tahun yang sama. ERCOT, operator jaringan listrik Texas, memperkirakan bahwa negara bagian tersebut bisa mulai mengalami kekurangan pasokan listrik pada tahun 2027, dengan proyeksi kekurangan pasokan mencapai 8,3% pada periode permintaan puncak, yang dapat meningkat hingga 32,4% pada musim panas 2029.

Menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara pemerintah, korporasi, dan masyarakat menjadi krusial. Investasi dalam teknologi yang hemat energi, promosi transparansi dalam penggunaan sumber daya, serta pengembangan kebijakan yang mendukung praktik berkelanjutan adalah langkah-langkah penting. Pergeseran menuju sumber energi terbarukan dan inovasi dalam teknologi pendinginan pusat data juga menjadi kunci untuk memitigasi dampak lingkungan. Transformasi yang dibawa AI menawarkan kesempatan untuk menata ulang cara kita berinteraksi dengan teknologi, memastikan bahwa kemajuan ini berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial.

Sumber-sumber

  • U.S. News & World Report

  • Energy demand from AI – Energy and AI – Analysis

  • Data center sustainability | Deloitte insights

  • AI could send Texas power prices soaring

  • Data center

  • "The Idea That AI Will Create New Jobs Is 100% Crap": Former Google Exec Says Even CEOs Are on the Tech's Chopping Block

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.