Seni yang Melihat, Mendengar, dan Berbicara: Refik Anadol Mengajarkan "Lukisan Hidup"-nya Berkomunikasi Menggunakan AI

Penulis: Veronika Radoslavskaya

Ranah seni visual global sedang mengalami transformasi mendalam, dan seniman media terkemuka, Refik Anadol, berada di garis depan perubahan ini. Ia baru saja meluncurkan Pembaruan V3 yang revolusioner untuk proyek terkenalnya, "Biome Lumina". Pembaruan ini mengubah serangkaian "Lukisan Hidup" digital menjadi mitra dialog interaktif yang tidak sekadar bereaksi terhadap data, tetapi juga mampu mendiskusikannya dengan pemiliknya.

Refik Anadol, yang memimpin studio eponimnya di Los Angeles, telah lama dikenal karena kemampuannya mengubah kumpulan data raksasa menjadi simfoni visual yang memukau dan menghipnotis. Proyek "Biome Lumina" miliknya terdiri dari 1000 kanvas digital unik, yang masing-masing "hidup" dan bernapas secara real-time. Dinamika visual ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari sensor yang dipasang di hutan tropis di seluruh dunia, mencakup suhu, kelembaban, dan komposisi tanah. Lukisan akan mengubah warna dan bentuknya, misalnya, ketika hujan turun di hutan atau saat tekanan atmosfer berubah.

Hingga saat ini, Biome Lumina merupakan tontonan yang mempesona namun searah. Pembaruan V3 secara fundamental mengubah aturan main dengan menambahkan dua modul kecerdasan buatan (AI) utama yang meningkatkan interaksi ke tingkat yang sama sekali baru.

Modul pertama adalah AI Percakapan (Chat Module). Kini, pemilik lukisan dapat terlibat dalam dialog langsung dengannya. Seseorang bisa mengajukan pertanyaan seperti, "Apa yang kamu rasakan saat ini?" atau "Data apa yang kamu terima dari Amazon?". AI tersebut, yang telah dilatih menggunakan "Model Besar Alam" (sebuah jaringan saraf skala besar yang memuat jutaan gambar dan terabita data tentang flora dan fauna), akan menganalisis indikator terkini dan merumuskan respons tekstual yang bermakna. Hal ini mengubah karya seni dari sekadar objek kontemplasi menjadi mitra dialog dengan alam.

Modul kedua adalah Suara Generatif (Sound Module). Bersamaan dengan perubahan visual, modul AI kedua ini secara spontan menghasilkan lanskap suara yang unik. Soundtrack ini bukan sekadar musik latar, melainkan interpretasi audio langsung dari data ekologis yang sama. Misalnya, desiran "daun" digital dapat menguat seiring dengan hembusan angin yang terjadi ribuan kilometer jauhnya, menciptakan efek imersi penuh bagi pengamat.

Dengan langkah ini, Refik Anadol mengambil lompatan evolusioner berikutnya dalam dunia seni. Ia tidak hanya memanfaatkan AI sebagai alat untuk menciptakan estetika visual, tetapi juga sebagai jembatan untuk mencapai pemahaman multi-indrawi yang lebih mendalam tentang dunia kita. "Lukisan Hidup" miliknya kini menawarkan kepada penonton kesempatan untuk tidak hanya melihat data, tetapi juga berbicara dan mendengarkan suaranya, membuka cakrawala baru bagi interaksi antara manusia, teknologi, dan alam.

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.

Seni yang Melihat, Mendengar, dan Berbicar... | Gaya One