Melampaui Peta: AI Baru Google Memprediksi Bukan Hanya Badai, Tetapi Siapa yang Terancam Bahaya

Penulis: Veronika Radoslavskaya

Google baru saja meluncurkan peningkatan signifikan pada kecerdasan buatannya (AI) yang digunakan di Google Earth. Kemampuan baru ini dinamakan Penalaran Geospasial (Geospatial Reasoning). Tujuannya adalah melampaui peringatan bahaya umum dan secara tepat mengidentifikasi area spesifik serta infrastruktur yang berisiko tinggi selama terjadi bencana alam. Inovasi canggih ini, yang didukung oleh arsitektur berbasis Gemini, secara otomatis menghubungkan berbagai lapisan data yang berbeda—seperti simulasi banjir, peta kepadatan populasi, dan skema infrastruktur—guna memberikan jawaban yang sangat akurat mengenai komunitas, jaringan listrik, atau fasilitas medis mana yang menghadapi bahaya terbesar.

Lompatan teknologi ini menandai pergeseran krusial, dari sistem peringatan yang bersifat reaktif menjadi tindakan sistemik yang proaktif. Pengembangan ini berdiri di atas fondasi Google Earth Engine, sebuah platform yang telah menyediakan akses kepada para ilmuwan terhadap citra satelit global selama lebih dari lima puluh tahun, dan telah beroperasi selama lebih dari satu dekade. Meskipun alat-alat sebelumnya, termasuk prakiraan banjir berbasis AI milik Google yang sudah ada dan mampu memperingatkan hingga dua miliar orang, sebagian besar berfungsi sebagai sistem notifikasi yang melaporkan peristiwa yang sedang terjadi, AI Earth yang diperbarui ini, yang diperkuat oleh kemampuan penalaran Gemini, dirancang untuk mengartikulasikan makna yang tersirat di balik data tersebut.

Fungsionalitas baru ini memungkinkan para analis mengajukan pertanyaan yang langsung dan kompleks. Sebagai contoh, seorang manajer sistem air kota kini dapat mengajukan pertanyaan kepada sistem tersebut untuk menemukan area di mana aliran air baru-baru ini berkurang—sebuah indikator potensi aktivitas badai debu—atau untuk mengidentifikasi mekarnya alga berbahaya (algal blooms) yang mengancam pasokan air minum. Google memperluas model canggih ini kepada Penguji Tepercaya (Trusted Testers) melalui Google Cloud, sehingga memperluas kekuatan analitisnya melampaui aplikasi internalnya ke entitas komersial dan penyelidik akademis.

Dampak transformatif dari teknologi ini sudah diujicobakan di berbagai sektor penting. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menggunakan AI Earth di Republik Demokratik Kongo untuk memprakirakan wabah kolera dengan mengintegrasikan statistik penyakit lokal dengan model Google guna mengidentifikasi zona rentan secara preventif. Di sektor utilitas, Airbus memanfaatkan alat ini untuk membantu perusahaan listrik mengidentifikasi intrusi kanopi pohon pada jalur transmisi, sebuah langkah penting dalam pencegahan kebakaran hutan. Selain itu, organisasi nirlaba GiveDirectly menggunakan Penalaran Geospasial untuk menggabungkan data dampak banjir dan demografi guna memprioritaskan rumah tangga yang akan menerima bantuan tunai langsung setelah bencana.

Implikasi jangka panjang dari inovasi ini diperkirakan akan membentuk kembali struktur ekonomi global, terutama bagi industri seperti asuransi yang harus mengukur risiko volatilitas iklim yang semakin meningkat. Perusahaan pialang global McGill and Partners telah mengintegrasikan AI Earth untuk pemodelan badai, mengalihkan fokus dari penilaian kerusakan pasca-badai menjadi kuantifikasi risiko pra-pendaratan yang sangat tepat. Teknologi ini secara efektif mendemokratisasikan wawasan skala planet, memungkinkan pemerintah kota dan responden garis depan untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dan tangkas dengan melihat sistem cuaca, populasi, dan infrastruktur yang saling terhubung sebagai satu entitas tunggal yang responsif.

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.