Album 'Nuje' Gigi D’Alessio: Ketika Musik Berbicara 'Kita' Bukan 'Aku'

Sebuah malam bersama Gigi D’Alessio di Radio Subasio Music Club awalnya tampak seperti siaran radio biasa. Namun, acara itu segera berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar—sebuah manifesto untuk zaman yang mulai lelah dengan angka tunggal, yaitu 'aku'. Di poster terpampang nama yang akrab, di udara terdengar lagu-lagu hits, tawa, dan panggilan telepon daring. Inti dari semua ini adalah satu kata pendek dari Napoli: 'Nuje'—yang berarti 'Kita'.

Format Radio Subasio Music Club sendiri berfungsi sebagai penawar kecil terhadap era gulir tanpa akhir. Ini bukan sekadar aliran tanpa wajah, melainkan ruang hidup di mana:

• Orang-orang di studio saling bertatap muka,

Apa yang dulunya merupakan panggung terbuka kini berpindah ke studio, namun esensinya tetap sama: sebuah wadah di mana lagu kembali ke titik awalnya—yaitu percakapan.

Di tengah latar belakang inilah, album baru D’Alessio, 'Nuje', terasa seperti respons yang sangat lugas terhadap zaman. Album ini secara terbuka menyatakan: 'Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang kita.'

Tiga belas trek disusun layaknya kronik kehidupan nyata: cinta, kelelahan, sedikit rasa iri, pengampunan, upaya untuk kembali percaya—semua hal yang biasanya disembunyikan di balik filter. Album ini diproduseri secara artistik oleh Gigi sendiri bersama Adriano Pennino, Max D’Ambra, dan Kekko D’Alessio. Ini jelas bukan proyek 'sesuai pesanan', melainkan semesta suara yang dibangun secara personal.

Kata 'Nuje' sendiri terdengar lembut namun gigih secara bersamaan. Di dunia yang mengajarkan kita untuk berkata 'aku, milikku, untukku', album ini menawarkan ajakan untuk kembali pada 'kita, bersama, untuk satu sama lain'.

Bab tersendiri dalam karya ini adalah singel 'Diamanti e Oro', yang direkam bersama Khaled dan Jovanotti. Ini bukan sekadar kumpulan 'bintang' dalam sebuah kolaborasi, melainkan peta kecil Mediterania dalam satu lagu:

• Bahasa Neapolitan,

—semuanya terjalin dalam satu benang, di mana berlian melambangkan perasaan dan emas adalah cahaya jiwa. Ini bukan 'kekayaan demi kilauan', melainkan pengingat bahwa nilai sejati terletak pada apa yang menyatukan.

Di sini terdengar bagaimana Napoli berdampingan dengan Maghreb, dan balada pop berubah menjadi manifesto persaudaraan: kita berbeda asal, namun kita tetap punya sesuatu untuk dinyanyikan bersama.

Rencana untuk tahun 2026 adalah melanjutkan pesan yang sama kepada dunia. Setelah tampil di Piazza del Plebiscito dan Circo Massimo, artis ini beralih ke format 'Gigi Palasport 2026'. Konser di arena-arena besar seperti Roma, Bari, Florence, Turin, dan Milan akan menampilkan lagu-lagu dari 'Nuje' bukan lagi sebagai dialog intim, melainkan sebagai paduan suara bersama.

Secara faktual, ini hanyalah kisah Italia yang indah: album baru, singel internasional, tur arena, dan format radio yang hangat. Namun, jika didengarkan lebih dalam, dalam resonansi Gigi D’Alessio ini terdengar hal lain:

• Frekuensi 'kita' di dunia yang lelah mengkultuskan 'aku';

Di antara baris lirik 'Nuje', di antara bahasa Neapolitan, Arab, Spanyol, dan Italia, tiba-tiba menjadi jelas: kita mungkin berbeda dalam timbre, tetapi kita selaras dalam esensi.

Maka, keseluruhan kisah ini terdengar seperti ini: planet ini sedikit menurunkan volume ego dan menaikkan kenop 'kita' satu klik ke kanan. Kita memang banyak—tetapi selama lagu-lagu seperti ini masih mengumpulkan orang dalam satu tarikan napas, kita tetaplah SATU.