Tren menu kaya protein semakin meningkat di restoran, mulai dari kedai kopi hingga makanan cepat saji, seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan.
Starbucks sedang menguji coba busa dingin yang diperkaya protein di beberapa lokasi di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk menambah sekitar 15 gram protein pada minuman dingin tanpa tambahan gula. Sementara itu, restoran seperti Chick-fil-A dan Panda Express menyoroti pilihan menu kaya protein yang sudah ada, seperti hidangan ayam panggang dan dada ayam. Popularitas diet tinggi protein ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tren obat penurun berat badan dan pendekatan proaktif generasi muda terhadap kesehatan.
Di Indonesia, tren serupa juga terlihat dengan konsumen yang semakin mencari pilihan makanan yang lezat dan bernutrisi. Data menunjukkan bahwa protein, terutama dari sumber hewani seperti ayam dan ikan, merupakan komponen penting dalam pola makan masyarakat Indonesia. Peningkatan pendapatan berkorelasi dengan peningkatan permintaan produk sumber protein hewani, yang menunjukkan pergeseran preferensi ke arah pilihan yang lebih kaya nutrisi. Kesadaran akan pentingnya protein untuk kesehatan, termasuk manajemen berat badan dan pemulihan pasca-latihan, juga mendorong permintaan makanan kaya protein.
Fenomena obat penurun berat badan seperti Ozempic secara tidak langsung memengaruhi kebiasaan makan di luar rumah, mendorong restoran untuk menawarkan porsi yang lebih kecil dan pilihan yang lebih ringan. Pengguna obat penurun berat badan cenderung memilih protein tanpa lemak dan pilihan nabati, serta menghindari makanan tinggi garam, lemak, dan gula. Perkembangan ini membuka peluang bagi industri kuliner untuk berinovasi dengan menu yang lebih sehat dan kaya protein, karena restoran yang menawarkan pilihan protein yang beragam dan berkualitas tinggi kemungkinan akan mendapatkan daya tarik yang lebih besar di pasar.