Condé Nast, perusahaan media global yang menerbitkan majalah ternama seperti Vogue, The New Yorker, Vanity Fair, dan GQ, telah mengumumkan larangan penggunaan bulu hewan asli dalam semua konten editorial dan iklannya di seluruh dunia. Keputusan ini berlaku segera dan mencakup seluruh portofolio publikasi perusahaan.
Langkah ini diambil setelah kampanye selama sembilan bulan yang dipimpin oleh Coalition to Abolish the Fur Trade (CAFT). CAFT telah melakukan berbagai advokasi, termasuk demonstrasi di depan kantor Vogue dan boikot terhadap acara-acara majalah. Organisasi ini telah berhasil mendorong 43 merek untuk menjadi bebas bulu melalui 9 kampanye sejak November 2020.
Larangan Condé Nast ini sejalan dengan tren yang lebih luas di industri mode mewah, di mana banyak rumah mode terkemuka telah menghentikan penggunaan bulu asli dalam koleksi mereka sejak dekade 2010-an. Sejumlah negara, termasuk Inggris, Austria, Italia, Norwegia, dan Israel, serta negara bagian California, telah memberlakukan larangan terhadap peternakan bulu atau penjualan produk bulu baru. Meskipun demikian, bulu sintetis (faux fur) justru mengalami peningkatan popularitas, dan beberapa merek seperti Roberto Cavalli, Fendi, Acne Studios, masih memasukkan produk berbahan bulu dalam koleksi terbaru mereka. Tren "Mob Wife" di media sosial seperti TikTok pada tahun 2024 juga turut memperkuat popularitas mantel bulu tebal dan estetika mewah.
Keputusan Condé Nast ini mencerminkan pergeseran etika dalam industri mode, meningkatkan kesadaran akan kesejahteraan hewan dan dampak lingkungan dari industri bulu. Menurut organisasi World Animal Protection, produksi bulu global menurun karena semakin banyak pemerintah, desainer, merek, dan konsumen yang menolak penggunaannya. Langkah ini diharapkan dapat mendorong inovasi dalam material alternatif dan menginspirasi industri mode untuk merangkul praktik yang lebih berkelanjutan dan etis.