Sebuah percakapan yang terekam secara tidak sengaja antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping baru-baru ini mengungkap diskusi mendalam mengenai kemajuan pesat dalam bidang bioteknologi dan potensi perpanjangan usia manusia. Momen langka ini terjadi di tengah keramaian parade militer di Beijing, yang juga dihadiri oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Dalam percakapan tersebut, Putin menyampaikan pandangannya bahwa kemajuan berkelanjutan dalam bioteknologi dapat memungkinkan transplantasi organ secara terus-menerus, yang pada gilirannya dapat mengarah pada kehidupan yang lebih muda dan bahkan keabadian. Xi Jinping dilaporkan menanggapi dengan mengemukakan prediksi bahwa manusia mungkin dapat hidup hingga usia 150 tahun pada abad ini. Putin sendiri mengonfirmasi diskusi tersebut setelah acara, menyatakan bahwa metode modern peningkatan kesehatan, termasuk prosedur bedah terkait penggantian organ, memberikan harapan untuk kehidupan aktif yang lebih lama.
Diskusi ini muncul di tengah sorotan internasional terhadap dugaan praktik panen organ ilegal di Tiongkok, terutama yang melibatkan kelompok minoritas. Para ahli hak asasi manusia PBB sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan mendalam atas laporan tes medis paksa dan pengambilan organ tanpa persetujuan. Menanggapi isu hak asasi manusia yang serius ini, Kongres Amerika Serikat telah mengambil langkah legislatif. Rancangan undang-undang seperti "Block Organ Transplant Purchases from China Act" (BLOCK Act) dan "Stop Forced Organ Harvesting Act" sedang diupayakan untuk melarang penggantian biaya federal untuk transplantasi organ yang asal-usulnya tidak dapat diverifikasi dan memberikan sanksi kepada individu yang terlibat dalam perdagangan organ.
Beberapa negara bagian di AS, seperti Tennessee, telah mulai menandatangani undang-undang yang melarang penyedia asuransi mendanai prosedur transplantasi organ yang dilakukan di Tiongkok atau melibatkan organ yang bersumber dari sana, yang berlaku efektif mulai awal 2026. Perbincangan antara Putin dan Xi ini tidak hanya menyoroti kompleksitas etis yang menyelimuti bioteknologi dan upaya perpanjangan usia manusia, tetapi juga kembali menarik perhatian pada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang berkelanjutan terkait transplantasi organ, menegaskan kembali pentingnya pengawasan internasional dan akuntabilitas dalam bidang yang sensitif ini.
Di sisi lain, Tiongkok sendiri telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam harapan hidup warganya dalam beberapa dekade terakhir. Rata-rata harapan hidup mencapai 77 tahun pada 2018, sebuah lompatan besar dari 35 tahun pada 1949. Peningkatan ini dikaitkan dengan kemakmuran ekonomi yang lebih baik, diet yang lebih bergizi, dan kemajuan dalam layanan kesehatan publik. Kebiasaan hidup sehat seperti konsumsi sayuran yang melimpah, aktivitas fisik teratur, dan istirahat yang cukup juga diyakini berkontribusi pada umur panjang penduduknya.