Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, Mike Johnson, baru-baru ini mengklaim bahwa mantan Presiden Donald Trump pernah bertindak sebagai informan bagi FBI dalam upaya mengungkap jaringan perdagangan seks Jeffrey Epstein. Johnson menyatakan bahwa Trump memiliki "simpati besar terhadap para wanita yang telah menderita kerugian tak terkatakan ini" dan secara aktif berusaha untuk membongkar operasi tersebut.
Klaim Johnson muncul di tengah meningkatnya seruan untuk transparansi mengenai aktivitas Epstein dan tuntutan pelepasan dokumen terkait. Para penyintas pelecehan Epstein mendorong "Epstein Files Transparency Bill", yang bertujuan mewajibkan pelepasan semua catatan tidak rahasia yang berkaitan dengan Epstein, dengan pengecualian informasi pribadi korban. Namun, mantan Presiden Trump menanggapi tuntutan pengungkapan lebih lanjut sebagai "hoax Demokrat", menyiratkan bahwa isu ini dipolitisasi.
Perdebatan ini dipicu oleh pelepasan lebih dari 33.000 halaman dokumen oleh Komite Pengawas Dewan Perwakilan Rakyat, yang menurut para kritikus banyak disunting dan sebagian besar berisi informasi publik. Meskipun demikian, beberapa catatan penerbangan baru dari pesawat pribadi Epstein antara tahun 2000 hingga 2014 telah terungkap.
Trump sendiri telah berulang kali menyebut tuntutan pengungkapan dokumen sebagai "hoax Demokrat", dengan alasan bahwa hal itu digunakan untuk mengalihkan perhatian dari pencapaian administrasinya. Pernyataan ini mendapat tanggapan dari para penyintas, yang mengundang Trump untuk bertemu langsung guna menjelaskan bahwa isu ini bukanlah hoax. Situasi ini tetap dinamis, dengan diskusi kongresional yang berkelanjutan dan wacana publik mengenai pengungkapan materi terkait Epstein dan sejauh mana dugaan keterlibatan Trump dalam penyelidikan tersebut.