Kecerdasan buatan (AI) terus mentransformasi lanskap seni global, bergerak dari ranah analitis ke alat ekspresi kreatif yang fundamental. Hingga Agustus 2025, integrasi AI yang meluas ini membentuk praktik artistik, menghadirkan peluang dan tantangan baru. Platform AI generatif seperti DALL-E dan Midjourney memungkinkan seniman menciptakan karya seni kompleks dari perintah teks, mengaburkan batas antara kreativitas manusia dan mesin. Festival Film AI Reply 2025, yang berakhir pada 1 Juni 2025, mencontohkan tren ini dengan menampilkan film-film yang menampilkan kontribusi AI yang signifikan dalam penulisan skenario dan animasi, menyoroti perannya sebagai augmentor kreatif. Para finalis festival ini diumumkan pada 4 September di Festival Film Venesia.
Alat AI ko-kreatif juga meningkatkan alur kerja artistik, dengan perusahaan seperti Adobe mengintegrasikan lebih dari 100 fitur baru yang didukung AI ke dalam Creative Cloud mereka untuk mempercepat alur kerja dan mempermudah proses ideasi. Kehadiran AI dalam pameran seni semakin nyata, dengan acara seperti pameran 'Inanimate' di London pada Juli 2025 yang mengeksplorasi persimpangan AI dan seni. Selain itu, pembukaan Dataland di Los Angeles pada akhir 2025, museum pertama yang didedikasikan untuk seni yang dihasilkan AI dan diprakarsai oleh Refik Anadol, menandakan pengakuan institusional yang berkembang atas dampak AI pada lanskap kreatif. Proliferasi AI dalam seni telah memicu perdebatan penting seputar kepengarangan, orisinalitas, dan penggunaan teknologi yang etis. Seniman seperti Dahlia Dreszer memandang AI sebagai peningkat kreatif yang kuat, yang terlihat dalam pamerannya 'Bringing the Outside In' di Green Space Miami hingga 17 Mei 2025, yang menampilkan kolaborasi foto dengan AI dan bahkan klon AI dirinya untuk memandu pengunjung, mencerminkan pandangannya bahwa AI adalah alat, seperti kuas bagi seorang pelukis.