Lubang Korona "Abadi" Memicu Fluktuasi Geomagnetik pada 18–19 Oktober 2025

Diedit oleh: Uliana S.

Pada pertengahan Oktober 2025, fenomena cuaca antariksa kembali menarik perhatian serius dari komunitas ilmiah. Sebuah lubang korona berukuran sedang, yang telah diamati di Matahari selama empat bulan berturut-turut, kini memasuki fase kritis dalam siklusnya dan telah berputar menghadap langsung ke arah Bumi.

Struktur ini bukanlah kejadian mendadak atau baru muncul. Data arsip menegaskan keberadaannya setidaknya sejak bulan Juli tahun ini. Mengingat Matahari menyelesaikan satu rotasi penuh pada porosnya dalam waktu kurang lebih 27 hari, anomali semacam ini secara teratur kembali mendekati planet kita. Para peneliti mencatat bahwa lubang tersebut, yang awalnya berada di atas ekuator Matahari dan dianggap tidak menimbulkan ancaman, kini telah meluas secara signifikan dan bergeser mendekati garis ekuator. Pergeseran posisi ini, untuk pertama kalinya selama periode pengamatan, secara drastis meningkatkan peluang kontak langsung antara aliran angin matahari yang kuat dengan magnetosfer Bumi.

Pengamatan terhadap proses ini diperkuat oleh peningkatan kepadatan plasma di ruang dekat Bumi, yang tercatat sesaat sebelum mencapai puncaknya. Peningkatan ini berfungsi sebagai sinyal yang jelas mengenai kedatangan aliran utama. Meskipun probabilitas terjadinya badai magnetik penuh pada laporan awal 11 Oktober hanya 36%, situasi terkini menuntut perhatian yang cermat pada tanggal-tanggal terdekat. Berdasarkan data pada 18 Oktober, fluktuasi indeks Kp tercatat sekitar 5 pada malam hari. Angka ini mengindikasikan badai magnetik tingkat G1, yang dikategorikan sebagai badai lemah, meskipun indeks tersebut kemudian turun tajam menjadi 2 menjelang pagi hari.

Meskipun ada potensi dampak, para ahli mendesak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Menurut perkiraan spesialis, pengaruh yang diharapkan dari lubang korona spesifik ini akan bersifat moderat. Hal ini terutama disebabkan oleh ukurannya yang relatif kecil jika dibandingkan dengan peristiwa yang jauh lebih kuat yang sempat diamati sebelumnya pada tahun 2025. Perlu dicatat, sementara tonjolan matahari besar yang tercatat minggu lalu telah melewati Bumi tanpa dampak signifikan, lubang korona inilah yang saat ini menjadi penentu utama kondisi cuaca antariksa di sekitar planet kita.

Para ilmuwan memprediksi bahwa puncak gangguan dan turbulensi geomagnetik akan terjadi dalam dua hari ke depan. Setelah itu, situasinya diperkirakan akan stabil menjelang pertengahan hari 20 Oktober, menjanjikan periode ketenangan antariksa selama kurang lebih satu minggu. Bagi mereka yang menantikan manifestasi keindahan kosmik, kondisi ini mungkin menjadi kesempatan langka untuk menyaksikan aurora, terlepas dari sifat dampak keseluruhan yang diperkirakan moderat.

Sumber-sumber

  • Россия. Регионы

  • АиФ Новосибирск

  • Gorsite.ru

  • Mail.ru Наука

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.