Fisika modern kini berada di ambang momen penting, yaitu meninjau kembali fondasi alam semesta dengan mengusulkan cara baru untuk mendeteksi keberadaan materi tak kasat mata melalui efek yang ditimbulkannya pada cahaya tampak. Sebuah penelitian mutakhir yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi, Physics Letters B, menguraikan metode inovatif untuk mengidentifikasi materi gelap. Diperkirakan, materi gelap ini menyumbang sekitar 27% dari total energi-massa di seluruh alam semesta. Pendekatan revolusioner ini menawarkan perspektif segar yang jauh berbeda dari metode pencarian konvensional yang selama ini berfokus pada interaksi gravitasi.
Selama ini, materi gelap secara tradisional dianggap hanya dapat dipelajari melalui interaksi gravitasinya yang masif. Namun, karya ilmiah terbaru ini mengajukan hipotesis yang mengejutkan: foton, partikel cahaya, yang melintasi area dengan konsentrasi materi gelap yang tinggi, mungkin menunjukkan pergeseran spektral yang sangat kecil—baik ke arah merah (redshift) maupun ke arah biru (blueshift). Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Mikhail Bashkanov dari University of York berpendapat bahwa “tanda tangan warna” yang nyaris tak terlihat ini berpotensi dapat diukur menggunakan teleskop generasi baru yang memiliki presisi tinggi. Penemuan ini diharapkan dapat mempersempit dan memfokuskan upaya pencarian materi gelap yang selama ini sangat luas dan tidak terarah.
Inti dari kerangka teori ini adalah konsep yang dianalogikan sebagai “aturan enam jabat tangan” (six degrees of separation). Analogi ini menjelaskan bagaimana partikel materi gelap dapat memberikan pengaruh secara tidak langsung. Meskipun partikel materi gelap tidak berinteraksi langsung dengan foton, dampaknya dapat disalurkan melalui rantai perantara. Perantara-perantara ini dapat berupa elemen-elemen yang sudah dikenal dalam Model Standar, seperti boson Higgs atau top quark. Ini menyiratkan bahwa bahkan substansi yang paling sulit ditangkap sekalipun dapat meninggalkan jejak yang terukur, asalkan seluruh rantai interaksi tersebut dapat ditelusuri dan dipahami dengan cermat. Konsep ini membuka jalan bagi pengukuran yang sebelumnya dianggap mustahil.
Penelitian ini berfungsi sebagai pelengkap penting bagi upaya global yang sedang berlangsung untuk mengungkap bagian kosmos yang tak terlihat. Upaya-upaya lain termasuk penggunaan jam atom ultra-sensitif dan pemetaan struktur materi gelap melalui gugusan galaksi. Menurut data yang dikumpulkan oleh observatorium «Plank», materi gelap menyusun sekitar 26,8% dari total massa-energi alam semesta. Meskipun angka ini sudah terukur, sifat sejati dan komposisi fundamental materi gelap masih menjadi misteri besar bagi para fisikawan. Tahap selanjutnya yang paling krusial adalah memperoleh konfirmasi eksperimental terhadap prediksi teoretis ini melalui serangkaian observasi berakurasi tinggi. Keberhasilan dalam tahap ini akan menjadi tonggak sejarah dalam pemahaman kita tentang komposisi fundamental alam semesta dan hukum-hukum yang mengaturnya.