Penelitian terbaru yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Göttingen, Jerman, mengungkap bahwa inti Bumi secara aktif melepaskan logam mulia seperti emas dan ruthenium ke dalam mantel. Temuan ini didasarkan pada analisis batuan vulkanik dari Hawaii, khususnya dari Gunung Kīlauea, yang menunjukkan adanya kadar isotop ruthenium unik yang mengindikasikan asal-usulnya dari inti Bumi.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature ini, yang dipimpin oleh ahli geokimia Nils Messling, menantang pandangan lama bahwa inti Bumi sepenuhnya terisolasi dari mantel. Sebaliknya, penelitian ini menunjukkan adanya interaksi dinamis antara kedua lapisan tersebut. Ruthenium, sebuah logam langka yang mayoritas terdapat di inti Bumi, menjadi fokus utama karena perbedaan isotopnya dalam lava Hawaii dibandingkan dengan yang biasa ditemukan di mantel. Perbedaan ini menjadi bukti kuat bahwa material tersebut berasal dari batas inti-mantel, menyiratkan bahwa material dari inti, termasuk emas, secara perlahan merembes ke mantel di atasnya.
Temuan ini memiliki implikasi signifikan dalam pemahaman kita tentang dinamika internal planet dan distribusi elemen berharga. Penemuan ini juga memberikan perspektif baru mengenai pembentukan pulau-pulau samudra seperti Hawaii, yang terletak di atas aliran mantel dalam yang berasal dari dekat inti Bumi. Meskipun jumlah emas dan logam mulia lainnya yang mencapai permukaan sangatlah kecil, studi ini membuka jalan baru untuk meneliti proses internal Bumi dan potensi asal-usul deposit emas di permukaan.
Ruthenium, unsur kimia langka dari kelompok logam platinum yang ditemukan oleh Karl Ernst Claus pada tahun 1844, dikenal karena ketidakreaktifannya. Produksi tahunan ruthenium meningkat dari sekitar 19 ton pada tahun 2009 menjadi 35,5 ton pada tahun 2017. Logam ini banyak digunakan dalam kontak listrik tahan aus dan resistor film tebal, serta dalam paduan platinum dan sebagai katalis kimia.
Penelitian ini menegaskan bahwa lebih dari 99 persen emas di Bumi masih tersimpan di intinya, jumlah yang diperkirakan cukup untuk menutupi seluruh daratan dengan lapisan setebal 50 sentimeter. Proses geologis kuno yang dikenal sebagai 'iron catastrophe' diperkirakan menjadi penyebab unsur berat seperti emas tenggelam ke inti. Aktivitas vulkanik kemudian berperan dalam membawa emas dari mantel ke permukaan, terutama di wilayah seperti Hawaii yang merupakan titik panas vulkanik. Analisis isotop ruthenium yang canggih menjadi kunci dalam membuktikan asal-usul logam ini dari inti Bumi, sebuah metode yang relatif baru dan menantang.