Sebuah penemuan arkeologis luar biasa terjadi di Wina, Austria, pada Oktober 2024, ketika renovasi lapangan sepak bola di distrik Simmering mengungkap sebuah makam massal yang berisi sisa-sisa lebih dari 150 tentara Romawi kuno. Penemuan ini, yang diumumkan oleh pihak berwenang kota pada April 2025, memberikan bukti fisik pertama dari pertempuran sengit yang terjadi di wilayah tersebut pada abad pertama atau kedua Masehi.
Para arkeolog dari Museum Wina yang segera dipanggil ke lokasi menemukan bahwa sisa-sisa tersebut sebagian besar adalah laki-laki berusia antara 20 hingga 30 tahun. Luka-luka akibat kekerasan yang jelas terlihat pada tulang, termasuk bekas sabetan pedang, tusukan tombak, dan pecahan baut besi, menunjukkan bahwa mereka meninggal dalam pertempuran sengit.
Penguburan yang tergesa-gesa dan tidak teratur, dengan anggota tubuh yang saling bertautan dan posisi tubuh yang tidak wajar, semakin memperkuat dugaan bahwa kematian mereka akibat peristiwa militer yang tragis, bukan pemakaman yang layak. Kristina Adler-Wölf, Kepala Departemen Arkeologi Kota Wina, menekankan bahwa luka-luka pada tulang menunjukkan pertempuran, bukan eksekusi atau hukuman militer. Bioarkeolog dari firma Novetus, Michaela Binder, mencatat keunikan makam massal ini, karena sebelum abad ke-3 Masehi, bangsa Romawi di Eropa sebagian besar mengkremasi jenazah mereka, dan makam massal sebesar ini sangat jarang ditemukan. Penanggalan radiokarbon menempatkan waktu kematian antara tahun 80 hingga 130 Masehi.
Penemuan artefak seperti belati besi Romawi, potongan baju zirah, dan paku dari caligae (sejenis alas kaki militer Romawi) memperkuat identifikasi mereka sebagai tentara Romawi. Penemuan ini memberikan wawasan baru yang berharga mengenai sejarah awal Wina, yang dulunya merupakan bagian dari perbatasan Kekaisaran Romawi yang dikenal sebagai Vindobona. Para ahli menduga bahwa para prajurit ini kemungkinan besar tewas dalam konflik melawan suku-suku Jermanik di sepanjang perbatasan Sungai Danube.
Sejarah mencatat adanya berbagai konflik antara Kekaisaran Romawi dan suku-suku Jermanik, yang sering kali melibatkan perebutan wilayah dan pertempuran sengit di sepanjang perbatasan utara kekaisaran. Temuan makam massal ini menjadi bukti nyata dari dinamika militer yang keras di wilayah tersebut, yang sebelumnya hanya diketahui dari catatan sejarah. Penemuan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang sejarah militer Romawi di Eropa Tengah, tetapi juga menyoroti ketahanan dan kompleksitas kehidupan di perbatasan kekaisaran.
Analisis lebih lanjut, termasuk studi DNA dan isotop, diharapkan dapat mengungkap lebih banyak detail mengenai asal-usul para prajurit dan konteks spesifik dari pertempuran yang merenggut nyawa mereka.