Wilayah barat laut Pakistan, khususnya Distrik Buner, dilanda banjir bandang dahsyat pada 15 Agustus 2025, dipicu oleh hujan ekstrem yang mencatat lebih dari 150 mm dalam satu jam. Peristiwa cuaca ekstrem ini menyebabkan kehancuran luas, memicu aliran puing-puing besar yang menyapu bersih desa-desa dan mengakibatkan setidaknya 337 korban jiwa, dengan Distrik Buner melaporkan 207 kematian.
Operasi penyelamatan sedang berlangsung, namun terhambat oleh infrastruktur yang rusak dan curah hujan yang terus berlanjut. Otoritas telah mengeluarkan peringatan untuk hujan lebat lebih lanjut hingga awal September, membuat wilayah tersebut tetap dalam kewaspadaan tinggi. Peristiwa ini menggarisbawahi kerentanan Pakistan yang semakin meningkat terhadap fenomena cuaca ekstrem yang diinduksi oleh perubahan iklim. Pakistan secara konsisten berada di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, menduduki peringkat kelima dalam negara yang paling terdampak cuaca ekstrem antara tahun 1999 dan 2018.
Curah hujan musim hujan yang tidak normal telah melanda negara itu sejak 26 Juni, menewaskan lebih dari 600 orang dan melukai sekitar 1.000 orang. Pihak berwenang memperingatkan akan adanya hujan yang lebih intens dan kemungkinan tanah longsor hingga Selasa. Kritik terhadap respons pemerintah muncul dari penduduk setempat di Buner yang menuduh pihak berwenang gagal memperingatkan mereka untuk mengungsi. Meskipun sistem peringatan dini yang menggunakan citra satelit dan data meteorologi telah ada, intensitas hujan yang tiba-tiba di Buner begitu dahsyat sehingga banjir terjadi sebelum warga sempat diperingatkan.
Pemerintah menyatakan bahwa meskipun sistem peringatan dini ada, curah hujan yang tiba-tiba di Buner begitu intens sehingga banjir terjadi sebelum penduduk dapat diperingatkan. Peristiwa ini menyoroti tantangan yang dihadapi Pakistan dalam menghadapi perubahan iklim, yang secara signifikan memperburuk kerentanan negara terhadap bencana alam. Upaya penanggulangan bencana terus dilakukan, namun tantangan logistik dan geografis di daerah pegunungan memperlambat operasi penyelamatan. Kebutuhan akan infrastruktur yang lebih tangguh dan sistem peringatan dini yang lebih efektif menjadi semakin jelas dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang terus meningkat.