Pemerintah Delhi melanjutkan upaya terfokus untuk mengatasi kabut asap musim dingin yang parah dengan melaksanakan uji coba penaburan awan (cloud seeding) pada hari Selasa, 28 Oktober 2025. Inisiatif ini merupakan kolaborasi strategis antara Pemerintah Delhi dan Institut Teknologi India (IIT) Kanpur, yang bertujuan memicu hujan buatan untuk membersihkan lapisan polusi pekat di ibu kota. Uji coba ini menandai langkah penting, mengingat Delhi hampir setengah abad tidak melakukan eksperimen hujan buatan, dan jika berhasil, ini akan menjadi upaya penaburan awan perkotaan terbesar yang pernah dilakukan India.
Proyek ini telah merencanakan lima operasi awal, dengan uji coba pertama dilaksanakan pada 23 Oktober. Pada hari ini, Menteri Lingkungan Hidup Delhi, Manjinder Singh Sirsa, mengonfirmasi bahwa dua uji coba penaburan awan telah dilakukan sebagai bagian dari upaya tersebut. Untuk melaksanakan operasi ini, sebuah pesawat Cessna 206H yang dimodifikasi khusus digunakan untuk menyebarkan zat seperti perak iodida ke dalam awan. Operasi ini menargetkan wilayah utara dan barat laut Delhi, termasuk Burari, dan bertujuan menginduksi presipitasi buatan di atas area seluas sekitar 100 kilometer persegi per penerbangan. Uji coba hari ini melibatkan pelepasan suar (flare) pada ketinggian yang berbeda, dengan harapan hujan dapat turun dalam waktu 15 menit hingga empat jam setelah penaburan.
Operasi ini, yang menelan biaya sekitar Rs 3,21 crore, memerlukan izin ketat dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA), yang mewajibkan kepatuhan penuh terhadap izin kontrol lalu lintas udara dan protokol keselamatan operasional. Teknik penaburan awan ini bekerja dengan memberikan dorongan pada awan yang sudah mengandung uap air, di mana partikel halus seperti perak iodida bertindak sebagai inti kondensasi. Namun, para pakar dari Kementerian Ilmu Kebumian (MoES) sebelumnya telah menyuarakan kehati-hatian, menyoroti bahwa ketidaktersediaan awan pembawa hujan selama musim pasca-monsun membuat waktu pelaksanaan inisiatif ini secara ilmiah kurang ideal.
Meskipun uji coba sebelumnya pada 23 Oktober secara teknis diklaim berhasil, uji coba tersebut menghadapi tantangan karena tingkat kelembaban atmosfer yang rendah, yakni di bawah 20 persen, padahal biasanya dibutuhkan sekitar 50 persen untuk keberhasilan. Keberhasilan upaya saat ini sangat bergantung pada kondisi cuaca, termasuk kecepatan angin dan keberadaan curah hujan yang memadai, yang seringkali minim selama musim dingin Delhi yang kering. Kendati demikian, eksplorasi solusi berbasis sains ini menunjukkan kesadaran kolektif akan perlunya respons mendalam terhadap tantangan lingkungan yang dihadapi bersama oleh ibu kota.
Kualitas udara di Delhi tetap berada dalam kategori 'sangat buruk' pada hari pelaksanaan uji coba, dengan Indeks Kualitas Udara (AQI) tercatat di angka 319 pada Selasa sore. Para ahli lingkungan juga telah menyebut uji coba penaburan awan ini sebagai langkah jangka pendek yang mungkin hanya memberikan pengurangan polusi sementara, tanpa mengatasi akar penyebab memburuknya kualitas udara di ibu kota.
