Hujan deras yang mengguyur Chattogram semalam suntuk telah menyebabkan genangan air yang parah di berbagai wilayah kota, mengganggu aktivitas sehari-hari ribuan penduduk. Area dataran rendah terendam, dengan ketinggian air dilaporkan mencapai lutut di beberapa lokasi.
Salah satu dampak signifikan dari hujan lebat ini adalah runtuhnya jembatan berusia 45 tahun di atas Kanal Sheetal Jharna, yang menghubungkan jalan Oxygen-Bayezid. Kejadian ini terjadi pada dini hari tadi, disebabkan oleh erosi tanah yang semakin parah akibat pekerjaan pelebaran kanal baru-baru ini. Insiden ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah di salah satu jalur utama kota. Kantor Cuaca Ambagan mencatat curah hujan sebesar 81 mm dalam 24 jam hingga pukul 09:00 pagi ini. Musim monsun yang aktif diperkirakan akan terus membawa hujan ke Chattogram hingga besok. Pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan risiko tanah longsor di daerah perbukitan, menyarankan penduduk di area rentan untuk mencari lokasi yang lebih aman.
Keluhan warga mengenai genangan air yang terus-menerus ini seringkali merujuk pada sistem drainase yang tersumbat dan kanal yang terbengkalai. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas proyek-proyek infrastruktur yang sedang berjalan dan investasi besar yang telah dialokasikan untuk mengatasi masalah ini. Sejarah mencatat bahwa siklon tropis dahsyat pernah melanda wilayah Chattogram pada April 1991, menciptakan gelombang badai setinggi 6 meter yang menyapu bersih desa-desa, menewaskan setidaknya 138.000 orang, dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, menunjukkan kerentanan historis kota terhadap fenomena cuaca ekstrem.
Kondisi cuaca di Chattogram diperkirakan akan tetap berawan dengan kemungkinan hujan ringan hingga besok, dengan suhu berkisar antara 26-29 derajat Celsius. Peningkatan curah hujan ini juga sejalan dengan pola cuaca yang lebih luas di Bangladesh, yang telah mengalami banjir signifikan di wilayah lain, seperti di Feni, yang dilaporkan mengalami banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir pada Agustus 2024, yang berdampak pada jutaan orang. Situasi ini menyoroti tantangan berkelanjutan yang dihadapi kota dalam mengelola dampak perubahan iklim dan memastikan infrastruktur yang tangguh.