Provinsi Bengkulu kembali dilanda banjir yang meluas di sejumlah wilayah akibat curah hujan yang tinggi dan berkelanjutan. Situasi ini diperparah oleh kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang mengalami kerusakan, penyempitan, dan pendangkalan, yang berkontribusi pada meningkatnya frekuensi dan keparahan banjir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bengkulu mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Imbauan ini dikeluarkan mengingat Bengkulu memasuki periode September hingga Desember 2023, yang merupakan puncak musim hujan.
Wilayah yang terdampak banjir parah antara lain Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah. Ketinggian air di beberapa lokasi dilaporkan mencapai 1 hingga 1,5 meter, merendam ratusan rumah dan memaksa ribuan warga mengungsi. Kejadian banjir serupa pernah terjadi pada April 2019, yang menyebabkan korban jiwa dan kerugian materiil signifikan diperkirakan mencapai Rp144 miliar.
Penyebab banjir di Bengkulu bersifat kompleks, melibatkan faktor alam dan manusia. Kerusakan hutan di hulu sungai, penyempitan dan pendangkalan DAS Air Bengkulu, serta masalah pada daerah resapan air akibat pembangunan menjadi faktor dominan. Aktivitas pertambangan di DAS Bengkulu yang mencakup 723,52 hektar dari enam perusahaan juga turut memperburuk kondisi lingkungan dan memperbesar risiko banjir.
Upaya penanganan banjir telah dilakukan oleh berbagai pihak. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan langkah jangka pendek seperti pengerukan sedimen di muara sungai dan jangka panjang berupa pembangunan kolam retensi. Komisi V DPR RI juga menyatakan kesiapannya untuk mendorong optimalisasi peningkatan anggaran guna penanganan banjir yang lebih efektif.
Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Kesadaran kolektif dan tindakan pencegahan yang berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang dan menciptakan ketahanan yang lebih baik bagi seluruh komunitas di Bengkulu.