Aktivitas matahari saat ini menunjukkan peningkatan signifikan, dengan badai geomagnetik yang diperkirakan akan terus berlanjut dan menguat dalam 48 jam ke depan. Fenomena ini dipicu oleh lontaran massa korona (CME) dari aktivitas matahari terbaru yang berinteraksi dengan magnetosfer Bumi, menyebabkan peningkatan aktivitas aurora yang dapat terlihat di lintang yang lebih rendah dari biasanya.
Siklus matahari saat ini sedang mendekati puncaknya, yang dikenal sebagai maksimum matahari, diperkirakan berlangsung hingga tahun depan. Periode ini ditandai dengan peningkatan jumlah bintik matahari dan aktivitas magnetik yang lebih intens. Peningkatan aktivitas ini, menurut para ilmuwan dari NASA dan NOAA, dapat berdampak pada satelit, komunikasi radio, sistem navigasi seperti GPS, dan jaringan listrik di Bumi. Badai matahari pada Mei 2024 tercatat sebagai yang terkuat dalam dua dekade terakhir, menghasilkan aurora paling intens dalam 500 tahun terakhir. Gangguan pada sistem komunikasi, terutama yang bergantung pada satelit seperti layanan internet, serta komunikasi radio frekuensi tinggi (HF), telah dilaporkan. Operator drone dan penerbangan di wilayah kutub juga disarankan untuk berhati-hati karena potensi gangguan pada sistem navigasi. BMKG telah mengeluarkan peringatan terkait potensi gangguan ini, mengimbau masyarakat untuk waspada.
Meskipun Indonesia berada di lintang rendah dan umumnya tidak merasakan dampak separah negara di lintang tinggi, peningkatan aktivitas geomagnetik tetap terdeteksi. Fenomena aurora, yang merupakan tampilan cahaya indah di langit, juga dapat terlihat di lintang yang lebih rendah dari biasanya selama periode aktivitas matahari yang tinggi ini. Para ahli terus memantau situasi ini untuk mengantisipasi eskalasi lebih lanjut, sementara dampak jangka panjang dari peningkatan aktivitas matahari ini masih menjadi subjek penelitian ilmiah yang berkelanjutan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika cuaca luar angkasa dan pengaruhnya terhadap kehidupan modern.