Sebuah sistem arus laut vital di Samudra Atlantik, yang dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), dilaporkan semakin mendekati titik kritis yang dapat memicu perubahan iklim global yang signifikan sebelum akhir abad ini. AMOC berfungsi sebagai sabuk konveyor raksasa, mengangkut air hangat dari daerah tropis ke utara, yang secara fundamental memengaruhi pola cuaca di seluruh dunia.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research: Oceans pada Agustus 2025, menggunakan analisis dari 25 model iklim untuk mengevaluasi stabilitas AMOC. Indikator baru yang teridentifikasi, yaitu fluks apung permukaan, menunjukkan peningkatan sejak tahun 2020, yang mengindikasikan pelemahan arus krusial ini. Studi tersebut memproyeksikan kemungkinan keruntuhan AMOC paling cepat pada tahun 2055, dan pada skenario emisi moderat — pada tahun 2063. Komisioner Eropa, Wopke Hoekstra, menekankan bahwa temuan ini merupakan "panggilan peringatan iklim yang serius" dan menegaskan urgensi pengurangan emisi. Data historis menunjukkan bahwa AMOC pernah runtuh di masa lalu, memicu perubahan iklim yang dramatis. Studi yang menganalisis data paleoklimat menunjukkan bahwa AMOC mungkin telah melemah setidaknya sejak abad ke-19 dan telah berada pada titik terlemahnya dalam 1.600 tahun terakhir akibat krisis iklim.
Pelemahan ini disebabkan oleh peningkatan aliran air tawar ke Atlantik Utara dari pencairan lapisan es Greenland dan peningkatan curah hujan, yang mengurangi kepadatan air laut dan menghambat proses penenggelaman air yang penting untuk menjaga sirkulasi. Para ilmuwan menekankan bahwa meskipun ada ketidakpastian mengenai waktu pasti keruntuhan, bukti pelemahan AMOC sangat kuat. Mengingat potensi konsekuensi yang menghancurkan, para ahli sepakat bahwa pengurangan emisi karbon secara drastis dan segera sangat penting untuk meminimalkan risiko ini. Tindakan kolektif dan perubahan kebijakan yang mendesak diperlukan untuk mengatasi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata ini.