Penemuan anomali radioaktif di Samudra Pasifik telah membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang sejarah Bumi. Dari sudut pandang perspektif pendidikan, temuan ini menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana ilmu pengetahuan mengungkap misteri alam dan bagaimana peristiwa masa lalu membentuk dunia kita saat ini.
Pada Februari 2025, tim ilmuwan internasional mendeteksi konsentrasi luar biasa dari isotop radioaktif Beryllium-10 di perairan Pasifik Selatan. Penemuan ini memiliki implikasi signifikan untuk metode penanggalan geologis dan pemahaman sejarah geologis Bumi. Para peneliti menganalisis kerak ferromangan yang dikumpulkan dari kedalaman Samudra Pasifik. Kerak ini, yang terbentuk di dasar laut selama jutaan tahun, menyimpan informasi tentang komposisi kimia laut selama periode yang panjang. Menggunakan spektrometri massa resolusi tinggi untuk menentukan kadar Beryllium-10, para ilmuwan menemukan konsentrasinya dalam lapisan yang berasal dari sekitar 10 juta tahun yang lalu, hampir dua kali lipat dari nilai yang diharapkan.
Dua hipotesis utama menjelaskan anomali ini. Pertama, perubahan dalam sirkulasi laut, terutama di dekat Antartika, dapat menyebabkan redistribusi Beryllium-10. Hipotesis kedua melibatkan peristiwa astrofisika, seperti ledakan supernova atau melewati awan antarbintang yang padat, yang dapat menyebabkan peningkatan radiasi kosmik dan pembentukan Beryllium-10 berlebih di atmosfer Bumi. Penelitian terbaru, seperti yang diterbitkan pada tahun 2024, juga menunjukkan bahwa Beryllium-10 digunakan untuk melacak aktivitas matahari dan perubahan iklim di masa lalu, menambah kompleksitas penelitian ini.
Jika hipotesis astrofisika dikonfirmasi, peristiwa ini dapat menjadi penanda waktu penting dalam geokronologi. Penanda semacam itu sangat penting untuk mengkorelasikan data di berbagai wilayah dan periode waktu. Dr. Dominik Koll dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf mencatat, "Untuk periode yang mencakup jutaan tahun, penanda waktu kosmogenik seperti itu masih kurang. Anomali ini bisa menjadi penanda seperti itu."
Tim peneliti berencana untuk menganalisis anomali serupa di bagian dunia lainnya. Jika jejak Beryllium-10 ditemukan, misalnya, di Samudra Atlantik atau Hindia, itu akan mengkonfirmasi sifat global dari peristiwa tersebut dan berpotensi membantu menentukan sumbernya. Penemuan ini membuka babak baru dalam ilmu pengetahuan, memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Bumi bereaksi terhadap ancaman eksternal dan kekuatan apa yang membentuk planet kita.