Penemuan kerangka manusia berusia lebih dari 700 tahun beserta fragmen tembikar di Gua Thingkuang, dekat desa North Khawlek di perbatasan Mizoram-Manipur, India, telah membuka jendela baru ke masa lalu wilayah tersebut. Penemuan ini, yang dilakukan oleh seorang penduduk desa setempat pada 11 Januari 2025, menempatkan artefak dan sisa-sisa ini pada periode antara tahun 1260 hingga 1320 Masehi.
Penanggalan yang akurat ini dicapai melalui pengujian radiokarbon C14 yang dilakukan oleh Beta Analytic, sebuah laboratorium terkemuka di Florida. Rin Sanga, seorang konvenor dari Indian National Trust for Art and Cultural Heritage (INTACH) Mizoram, mengonfirmasi bahwa sampel tersebut berasal dari akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14. Keberadaan fragmen tembikar bersama dengan kerangka menunjukkan kemungkinan adanya praktik pemakaman atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat pada masa itu.
Penemuan ini memecahkan rekor sisa-sisa kerangka tertua yang pernah ditemukan di Mizoram, diperkirakan sekitar 400 tahun lebih tua dari perkiraan umum masuknya suku Mizo ke wilayah tersebut, dan sekitar 200 tahun lebih tua dari sisa-sisa tertua yang ditemukan sebelumnya di Vangchhia.
Penelitian lebih lanjut, termasuk analisis DNA, sedang direncanakan untuk mengidentifikasi asal-usul dan identitas individu yang ditemukan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai pola migrasi dan leluhur para pemukim awal di Mizoram. Wilayah India Timur Laut, tempat Mizoram berada, dikenal dengan keragaman etnis dan budayanya yang kaya, dengan sejarah migrasi yang kompleks dari wilayah seperti Tiongkok dan Myanmar.
Teknik penanggalan radiokarbon, seperti yang digunakan oleh Beta Analytic, merupakan alat penting dalam arkeologi modern. Metode seperti Accelerator Mass Spectrometry (AMS) memungkinkan penentuan usia materi organik dengan presisi tinggi, bahkan dengan sampel yang kecil sekalipun. Penemuan di Gua Thingkuang ini tidak hanya menambah catatan sejarah Mizoram tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang sejarah manusia di Asia Tenggara secara lebih luas.
Setiap penemuan arkeologis seperti ini adalah undangan untuk merenungkan perjalanan panjang peradaban manusia dan bagaimana komunitas masa lalu membentuk dunia tempat kita hidup saat ini.