Penampakan Paus Biru Langka di Akaroa Harbour Isyaratkan Pemulihan Ekosistem Laut Selandia Baru
Diedit oleh: Olga Samsonova
Pada 17 Oktober 2025, penampakan seekor paus biru yang terancam punah di Pelabuhan Akaroa, Selandia Baru, menjadi perhatian konservasionis. Kejadian ini menandai kemunculan pertama mamalia terbesar di dunia tersebut di area tersebut sejak tahun 2020, memberikan sinyal positif bagi komunitas konservasi setempat mengenai kondisi habitat laut di wilayah Canterbury.
Paus biru, yang secara fisik dapat mencapai panjang hingga 30 meter, memegang peranan ekologis vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut melalui fungsinya dalam mengendalikan populasi krill. Kehadiran mereka yang teramati secara langsung memberikan data berharga mengenai dinamika habitat laut. Secara global, spesies ini menghadapi ancaman serius seperti tabrakan dengan kapal, polusi suara, dan dampak perubahan iklim. Di perairan Selandia Baru, aktivitas seismik dari pengeboran minyak dan gas menjadi sumber kekhawatiran kebisingan bawah air yang mengganggu komunikasi paus biru, sebagaimana dicatat oleh Departemen Konservasi (DOC).
International Fund for Animal Welfare (IFAW) menekankan bahwa penampakan paus biru merupakan indikator kesehatan lingkungan laut secara keseluruhan; semakin sering mereka terlihat, semakin baik kondisi lautan secara umum. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa perubahan suhu permukaan laut global dapat membuat wilayah perairan utara Selandia Baru tidak cocok bagi paus biru dan paus sperma, dengan pemodelan memprediksi hilangnya hingga 61 persen habitat yang sesuai. Populasi paus biru di Selandia Baru, yang diidentifikasi sebagai subspesies paus biru kerdil (Balaenoptera musculus brevicauda), diperkirakan berjumlah sekitar 718 individu berdasarkan model tangkap-lepas-tangkap, dan menunjukkan tingkat isolasi genetik yang tinggi dari populasi Belahan Bumi Selatan lainnya.
Laporan penampakan ini sangat berharga bagi DOC untuk meningkatkan pemahaman tentang distribusi dan pergerakan mamalia laut di sekitar Selandia Baru; masyarakat didorong untuk melaporkan setiap observasi melalui saluran hotline konservasi mereka. Konteks konservasi mamalia laut di Selandia Baru menunjukkan bahwa negara ini memegang peran penting dalam manajemen dan perlindungan wilayah lautnya yang luas, yang merupakan rumah bagi hampir separuh dari spesies paus dunia. Kehadiran paus biru di Akaroa Harbour, yang merupakan bagian dari wilayah yang didokumentasikan memiliki populasi yang menetap sepanjang tahun, memberikan optimisme bahwa upaya perlindungan, termasuk pemantauan akustik yang dilakukan di wilayah South Taranaki Bight (STB), mulai membuahkan hasil positif dalam menjaga keberadaan raksasa laut ini di perairan Selandia Baru, menandai pentingnya upaya pemulihan spesies yang populasinya sempat mengalami penurunan drastis akibat eksploitasi di abad ke-20.
Akaroa tetap menjadi destinasi bagi pengamat kehidupan laut, di mana tur tersedia untuk mengamati spesies lain seperti paus bungkuk. Wilayah Kaikōura yang berdekatan diakui sebagai salah satu lokasi pengamatan paus terbaik di dunia berkat keberadaan Ngarai Kaikōura yang kaya akan kehidupan laut, termasuk krill. Namun, studi kolaboratif internasional menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat memaksa paus besar mencari perlindungan lebih jauh ke selatan, berpotensi mendestabilisasi ekosistem laut dan memengaruhi pariwisata pengamatan paus di area tersebut.
Sumber-sumber
The Cool Down
Boating New Zealand
Star News
NZ Herald
Black Cat Cruises
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
