Pada 30 Juli 2025, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 50% pada impor dari Brasil, efektif mulai 1 Agustus. Tindakan ini menandai peningkatan signifikan dari tarif sebelumnya sebesar 10% yang diberlakukan pada April 2025. Pemerintah AS menyatakan bahwa tarif baru ini diberlakukan sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah Brasil terkait dengan mantan Presiden Jair Bolsonaro, yang saat ini sedang menjalani proses hukum atas tuduhan percobaan kudeta setelah pemilu 2022. Selain itu, AS juga memberlakukan sanksi terhadap seorang hakim Mahkamah Agung Brasil yang menangani kasus Bolsonaro, dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan penurunan kebebasan hukum di Brasil.
Menanggapi langkah tersebut, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan bahwa Brasil akan membela kedaulatan dan independensi lembaga peradilan mereka. Ia menegaskan bahwa Brasil tidak akan menerima intervensi asing dalam urusan internal mereka dan akan mempertimbangkan tindakan balasan sesuai dengan hukum yang berlaku. Meskipun beberapa produk Brasil, seperti pesawat terbang sipil dan produk energi, dikecualikan dari tarif baru, sektor-sektor seperti pertanian dan manufaktur diperkirakan akan terdampak signifikan. Para analis memperingatkan bahwa tarif ini dapat meningkatkan ketegangan perdagangan antara kedua negara dan mempengaruhi hubungan ekonomi mereka secara keseluruhan.
Langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan investor, yang khawatir akan dampak jangka panjang dari ketegangan perdagangan ini terhadap stabilitas ekonomi dan hubungan bilateral antara AS dan Brasil. Sementara itu, beberapa perusahaan Brasil yang bergantung pada ekspor ke AS, seperti Embraer, menghadapi tantangan baru dalam mempertahankan daya saing mereka di pasar internasional. Situasi ini menyoroti pentingnya diplomasi dan dialog antara kedua negara untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi yang saling menguntungkan.