Jepang kembali mencatat rekor baru dengan populasi penduduk berusia seratus tahun (centenarian) mencapai 99.763 jiwa per 1 September 2025. Angka ini menandai tahun kelima puluh lima berturut-turut peningkatan jumlah penduduk lansia di atas usia 100 tahun, sebuah pencapaian luar biasa yang mencerminkan keberhasilan Jepang dalam mempromosikan penuaan yang sehat dan umur panjang.
Data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan menunjukkan peningkatan signifikan sebanyak 4.644 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam demografi yang mengesankan ini, perempuan mendominasi secara signifikan, mencakup sekitar 88% dari total populasi centenarian. Angka ini konsisten dengan pola global di mana perempuan cenderung memiliki harapan hidup lebih lama daripada laki-laki, namun skala di Jepang sangat mencolok. Harapan hidup rata-rata di Jepang, yang sudah tertinggi secara global, semakin menggarisbawahi tren positif ini, dengan rata-rata perempuan mencapai 87,13 tahun dan laki-laki 81,09 tahun pada tahun 2024.
Keberhasilan ini merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor yang saling terkait. Pola makan tradisional Jepang memainkan peran krusial dalam mendukung umur panjang ini. Diet yang kaya akan sayuran, ikan, produk kedelai, rumput laut, dan jamur, dengan konsumsi daging merah dan makanan olahan yang relatif rendah, berkontribusi pada tingkat obesitas yang rendah dan penurunan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker. Konsep makan secukupnya, seperti kebiasaan Okinawan 'hara hachi bu' (makan hingga 80% kenyang), juga diadopsi untuk menjaga asupan kalori yang terkontrol.
Selain itu, kampanye kesehatan publik yang mendorong pengurangan konsumsi garam, serta gaya hidup aktif yang mencakup berjalan kaki, penggunaan transportasi umum, dan latihan komunal seperti Radio Taiso yang telah berlangsung lama, telah menciptakan budaya penuaan yang sehat. Sejarah menunjukkan perkembangan luar biasa dalam jumlah centenarian di Jepang. Pada tahun 1963, ketika pemerintah mulai mencatat populasi berusia 100 tahun ke atas, hanya ada 153 individu. Angka ini melampaui 1.000 pada tahun 1981, dan mencapai 10.000 pada tahun 1998. Lonjakan ini mencerminkan dampak gabungan dari kemajuan layanan kesehatan, pengobatan modern, dan upaya pencegahan penyakit yang berkelanjutan.
Selain itu, sistem jaminan kesehatan yang memungkinkan akses mudah dan terjangkau ke fasilitas medis juga menjadi faktor penting. Pencapaian rekor ini, meskipun merupakan perayaan kehidupan yang panjang dan sehat, juga menghadirkan tantangan demografis bagi Jepang, termasuk penurunan angka kelahiran dan penuaan populasi yang pesat. Namun, kisah para centenarian Jepang ini menjadi inspirasi global tentang bagaimana pola makan yang seimbang, gaya hidup aktif, dan dukungan sosial yang kuat dapat berkontribusi pada kualitas hidup yang luar biasa di usia senja.