Perilaku kucing yang mengejar ekornya sendiri sering kali menjadi pemandangan yang menghibur sekaligus membingungkan bagi pemiliknya. Meskipun tampak seperti permainan semata, tindakan ini bisa berakar dari berbagai faktor, mulai dari naluri alami hingga indikasi masalah yang lebih dalam.
Bagi anak kucing, mengejar ekor adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang normal. Pada usia ini, mereka sedang aktif mengeksplorasi tubuh mereka sendiri dan mengembangkan keterampilan motorik serta refleks. Gerakan ekor yang berputar-putar menjadi objek yang menarik untuk dikejar, melatih koordinasi dan kemampuan berburu mereka dalam skala kecil. Ini adalah fase eksplorasi tubuh dan lingkungan yang penting bagi perkembangan mereka.
Namun, ketika perilaku ini berlanjut pada kucing dewasa, pemilik perlu memperhatikan lebih saksama. Kebosanan dan kurangnya stimulasi mental dapat mendorong kucing untuk mencari hiburan sendiri, termasuk dengan mengejar ekornya. Lingkungan yang monoton atau minimnya interaksi dapat memicu rasa tidak nyaman atau stres pada kucing, yang kemudian diekspresikan melalui perilaku berulang. Memberikan stimulasi mental yang lebih banyak melalui mainan interaktif, sesi bermain rutin, atau teka-teki makanan dapat membantu mengurangi kebosanan. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman juga penting untuk mengurangi stres.
Selain itu, faktor kesehatan tidak boleh diabaikan. Rasa gatal, iritasi kulit, alergi, parasit, atau bahkan masalah pada kelenjar dubur dapat membuat kucing merasa tidak nyaman pada area ekornya, sehingga mendorong mereka untuk terus-menerus memperhatikan dan mengejar area tersebut. Dalam kasus yang lebih jarang, perilaku mengejar ekor yang persisten dan kompulsif bisa menjadi gejala dari kondisi neurologis seperti sindrom hiperestesia feline (FHS), di mana kucing mengalami sensasi yang tidak biasa pada kulitnya. Gejala FHS dapat berupa kulit punggung yang berkedut, mengeong berlebihan, agresivitas, atau menjilati/menggigiti ekor secara kompulsif.
Para ahli menyarankan bahwa jika perilaku mengejar ekor menjadi berlebihan atau disertai dengan tanda-tanda lain seperti luka pada ekor, perubahan nafsu makan, atau kegelisahan, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter hewan. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah masalah kesehatan yang lebih serius. Jika perilaku tersebut tampak kompulsif, pengalihan perhatian yang positif dengan imbalan (seperti camilan) setelah aktivitas dapat membantu membentuk kebiasaan baru. Pendekatan yang konsisten dan penuh kasih sayang akan sangat berarti dalam membantu sahabat berbulu Anda menemukan keseimbangan.