Bahasa Indonesia terus berkembang, mencerminkan perubahan sosial dan kemajuan teknologi. Kata-kata baru, yang disebut neologisme, muncul dalam bahasa Indonesia, menunjukkan transformasi yang sedang berlangsung. Profesor linguistik Christopher Green dari Syracuse University menjelaskan bagaimana istilah-istilah baru ini diterima dan diintegrasikan ke dalam dialek utama. Dalam bahasa Indonesia, neologisme sering kali berasal dari bahasa gaul atau istilah yang populer di media sosial. Sebagai contoh, kata 'anjay' yang awalnya digunakan dalam konteks negatif, kini digunakan secara luas dengan makna yang berbeda, menunjukkan bagaimana bahasa beradaptasi dengan perubahan sosial. Sebagian besar neologisme adalah adaptasi dari kata-kata yang sudah ada atau pergeseran makna. Penggunaan istilah 'cewek kue' dan 'cowok mamba' yang populer di kalangan anak muda, menunjukkan bagaimana teknologi mempercepat evolusi bahasa. Media sosial dan siklus berita global membantu menyebarkan istilah-istilah baru lebih cepat dari sebelumnya. Studi dari Universitas Gadjah Mada menemukan bahwa penggunaan bahasa gaul dan singkatan di media sosial telah mengubah cara orang berkomunikasi, menciptakan bahasa visual dan singkat yang baru. Komunitas adalah kunci agar suatu kata diterima. Istilah seperti 'santuy' (santai) dan 'gabut' (tidak ada kegiatan) telah bertahan dalam kosakata umum karena diadopsi secara luas. Neologisme sering mengikuti pola siklis, muncul, menghilang, dan terkadang muncul kembali. Istilah 'pandemic' (pandemi) yang mendapatkan penggunaan luas selama pandemi COVID-19, tetapi sejak itu telah menurun dalam penggunaan sehari-hari, meskipun tetap dalam ingatan kolektif. Pergeseran budaya sangat memengaruhi penciptaan neologisme. Istilah dari budaya LGBTQ+, seperti 'uwu' dan 'gemoy', telah bertahan dan meluas penggunaannya, seringkali tanpa pengguna mengetahui asal-usulnya. Hal ini menunjukkan bagaimana komunitas yang terpinggirkan mendorong inovasi bahasa. Setiap generasi mengembangkan istilahnya sendiri untuk persetujuan atau antusiasme. Contohnya adalah 'anjay', 'mantul', dan 'gamon'. Memahami kemunculan neologisme membantu kita menghargai bahasa sebagai entitas hidup yang dibentuk oleh penggunaan komunitas, identitas budaya, dan teknologi. Apakah kata baru bertahan atau tidak tergantung pada apakah komunitas menganggapnya cukup berguna untuk diadopsi dan dipertahankan dari waktu ke waktu. Evolusi bahasa adalah cerminan dari evolusi masyarakat itu sendiri, sebuah bukti kemampuan kita untuk beradaptasi, berkreasi, dan berkomunikasi.
Neologisme: Bagaimana Kata-Kata Baru Masuk ke dalam Bahasa dan Mengapa Bertahan
Diedit oleh: Vera Mo
Sumber-sumber
Phys.org
How new words enter our language: A linguistics expert explains
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.