Penelitian terbaru dari New York University (NYU) mengungkapkan bahwa model kerja jarak jauh dan hibrida telah secara fundamental mengubah keterlibatan sipil, khususnya dalam aktivisme lingkungan perkotaan.
Studi yang berfokus pada inisiatif pengomposan dan perkebunan komunitas di Queens, New York, menemukan bahwa jadwal kerja yang fleksibel memungkinkan individu untuk mengintegrasikan pekerjaan sukarela ke dalam kehidupan profesional mereka. Para profesional di bidang desain, akademisi, dan spesialis media memanfaatkan kemampuan mereka untuk bekerja dari rumah guna berpartisipasi dalam pelestarian ekologi. Alat digital seperti Slack dan Zoom menjadi fasilitator utama untuk kolaborasi dan tata kelola, memadukan budaya kerja digital dengan tindakan lingkungan langsung. Integrasi ini memperkuat hubungan komunitas dan mendorong upaya keberlanjutan lokal.
Banyak peserta yang terlibat tidak hanya karena ketersediaan waktu tetapi juga karena keinginan untuk melawan isolasi dan kelelahan layar yang sering menyertai kehidupan kerja jarak jauh. Namun, penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan partisipasi. Faktor-faktor seperti fleksibilitas pekerjaan, ketersediaan waktu, dan literasi digital menciptakan hambatan bagi sebagian individu, menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk sistem sipil digital yang inklusif. Kesenjangan ini dapat diperburuk oleh kurangnya akses terhadap sumber daya digital yang memadai, yang dapat memperlebar kesenjangan sosial ekonomi.
Temuan ini sangat relevan mengingat inisiatif ekologi perkotaan menghadapi tantangan signifikan dari tekanan ekonomi. Kasus penutupan kebun komunitas karena pengembangan pribadi menyoroti kebutuhan kritis untuk memikirkan kembali keberlanjutan perkotaan seiring dengan evolusi modalitas kerja. Tantangan yang dihadapi oleh pengembang swasta dalam mengadopsi ruang hijau perkotaan, seperti biaya modal yang lebih tinggi dan kurangnya pengembalian finansial yang signifikan, juga menjadi pertimbangan penting.
Seiring dengan semakin lazimnya kerja hibrida secara global, pemahaman dan dukungan terhadap bentuk-bentuk partisipasi perkotaan yang baru ini akan sangat penting untuk membangun masa depan kota yang berkelanjutan dan inklusif. Kota-kota perlu menjadi lebih terhubung secara digital namun tetap berakar kuat pada komunitas fisik mereka. Studi menunjukkan bahwa kerja hibrida dapat berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, termasuk kota dan komunitas berkelanjutan, dengan memungkinkan pekerja menghabiskan lebih banyak waktu dan uang di dekat tempat tinggal mereka, sehingga meningkatkan ekonomi lokal dan partisipasi dalam kegiatan serta inisiatif lokal.