Penelitian terbaru mengungkap bahwa keselarasan aktivitas otak antara teman dapat memprediksi sejauh mana seseorang akan tertipu oleh informasi yang salah, terutama dalam situasi yang menjanjikan imbalan.
Studi yang menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) ini menunjukkan bahwa ketika individu berada dalam konteks sosial yang berpotensi memberikan keuntungan, otak mereka menjadi lebih selaras dengan teman-teman terdekat. Fenomena ini, yang dikenal sebagai sinkronisasi otak, memiliki peran signifikan dalam tingkat kritis seseorang terhadap informasi.
Para peneliti mengamati peningkatan aktivitas di area otak yang terkait dengan pemrosesan imbalan dan kognisi sosial saat partisipan mengantisipasi keuntungan. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspektasi imbalan dapat memengaruhi penilaian, membuat individu cenderung kurang kritis, terutama terhadap informasi dari orang yang dikenal baik.
Temuan kunci menunjukkan bahwa tingkat sinkronisasi aktivitas otak antar teman selama pertukaran informasi yang berpotensi menipu dapat memprediksi tingkat penipuan. Keselarasan neural ini berkontribusi aktif dalam cara kita menafsirkan isyarat sosial, berpotensi menciptakan bias kepercayaan dalam konteks yang menjanjikan imbalan.
Riset sebelumnya mendukung gagasan ini, menunjukkan bahwa sahabat dekat menunjukkan sinkronisasi cara berpikir yang lebih besar dibandingkan teman biasa. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa deteksi kebohongan bukan sekadar proses analitis, melainkan fenomena neurobiologis yang dipengaruhi oleh hubungan interpersonal dan motivasi.
Memahami mekanisme ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kedekatan interpersonal dan potensi imbalan membentuk kerentanan terhadap misinformasi. Implikasi penemuan ini sangat luas, menawarkan potensi untuk menginformasikan strategi peningkatan komunikasi dan kepercayaan di berbagai bidang, mulai dari hubungan personal hingga negosiasi profesional.