Iran menghadapi krisis air yang semakin mendalam, dipicu oleh kombinasi faktor seperti perubahan iklim, pengelolaan sumber daya air yang tidak efisien, dan pertumbuhan populasi yang pesat. Krisis ini telah mengancam sektor pertanian, pasokan energi, dan kestabilan sosial di berbagai wilayah negara tersebut.
Sejak 2020, Iran telah mengalami kekeringan parah yang berdampak signifikan pada cadangan air nasional. Penelitian menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi telah meningkatkan tingkat penguapan, memperparah kondisi kekeringan. Hal ini menyebabkan penurunan drastis dalam volume air yang tersedia untuk konsumsi domestik dan pertanian. Selain itu, pengelolaan sumber daya air yang tidak efisien, termasuk over-ekstraksi air tanah dan pembangunan infrastruktur yang tidak berkelanjutan, telah memperburuk situasi ini. Beberapa wilayah, seperti Khuzestan dan Sistan-Baluchestan, telah mengalami penurunan permukaan tanah yang signifikan akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengancam infrastruktur dan lingkungan setempat.
Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Iran telah mengimplementasikan berbagai langkah, termasuk pembangunan infrastruktur baru seperti bendungan dan proyek transfer air, serta upaya konservasi air di sektor pertanian dan industri. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama terkait dengan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan distribusi yang adil di seluruh wilayah negara. Keberhasilan upaya-upaya ini akan sangat bergantung pada komitmen untuk reformasi kebijakan, investasi dalam teknologi efisien, dan peningkatan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam konservasi air.