Setelah pemilihan Parlemen Eropa 2024, EU Green Deal menghadapi tantangan signifikan. Dari perspektif sosial-psikologis, penting untuk memahami bagaimana perubahan kebijakan ini memengaruhi masyarakat dan perilaku individu.
Pergeseran kekuasaan setelah pemilu, dengan meningkatnya pengaruh partai sayap kanan, memaksa Ursula von der Leyen untuk menyeimbangkan kebijakan iklim dengan realitas politik baru. Konsesi yang dibuat, seperti pelonggaran aturan dan penundaan beberapa proposal, menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat. Kekecewaan di kalangan aktivis lingkungan mencerminkan perasaan frustrasi dan ketidakpastian tentang masa depan. Studi menunjukkan bahwa perubahan kebijakan yang tiba-tiba dapat menyebabkan stres dan kecemasan di kalangan masyarakat, terutama jika mereka merasa bahwa upaya untuk melindungi lingkungan tidak lagi menjadi prioritas utama.
Komisi Eropa berfokus pada penyederhanaan legislasi untuk memastikan implementasi, sambil memprioritaskan hukum perubahan iklim. Dinamika politik yang kompleks ini mempengaruhi persepsi masyarakat tentang isu-isu lingkungan. Misalnya, penyederhanaan aturan dapat dilihat sebagai langkah positif oleh beberapa orang, sementara yang lain mungkin merasa bahwa hal itu mengurangi komitmen terhadap keberlanjutan. Pemahaman tentang bagaimana masyarakat bereaksi terhadap perubahan ini sangat penting untuk keberhasilan Green Deal. Von der Leyen harus mempertimbangkan aspek sosial-psikologis dalam pengambilan keputusannya untuk memastikan dukungan publik yang berkelanjutan dan mendorong perubahan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tujuan iklim.