Pada 22 Juli 2025, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh memimpin konferensi dengan kepala misi diplomatik Vietnam di luar negeri untuk memperkuat diplomasi ekonomi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada paruh kedua tahun 2025 dan mempersiapkan landasan bagi pertumbuhan ganda di masa depan.
Konferensi ini diadakan secara hibrida, menghubungkan kantor pemerintah di Hanoi dengan 94 misi luar negeri dan 34 komite rakyat provinsi serta kota. Deputi Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son turut memimpin acara tersebut.
Selama enam bulan pertama tahun 2025, Vietnam telah melakukan hampir 50 kegiatan eksternal utama yang dipimpin oleh pemimpin kunci, meningkatkan hubungan dengan 10 negara, dan menandatangani 253 perjanjian kerja sama, dua kali lipat jumlah tahun 2024. Fokus utama dari perjanjian tersebut adalah kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, dan teknologi sains.
Misi diplomatik Vietnam di luar negeri telah melaksanakan hampir 300 acara diplomasi ekonomi, termasuk promosi perdagangan, investasi, dan pariwisata. Mereka juga mendukung daerah dalam menyelenggarakan lebih dari 150 kegiatan promosi baik di dalam maupun luar negeri, serta membantu memfasilitasi 30 perjanjian antara pemerintah daerah Vietnam dan mitra internasional.
Perdana Menteri Chinh menekankan pentingnya diplomasi ekonomi dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Vietnam sebesar 8,3–8,5% pada tahun 2025. Ia meminta misi diplomatik untuk terus berperan sebagai jembatan yang efektif, menyediakan informasi pasar, dan memperluas peluang kerja sama antara Vietnam dan negara lain di berbagai bidang. Selain itu, mereka diharapkan untuk terus mempromosikan citra negara, masyarakat, dan potensi investasi Vietnam di luar negeri.
Perdana Menteri juga menekankan perlunya memperdalam hubungan dengan negara tetangga, kekuatan besar, dan mitra strategis berdasarkan kepercayaan, stabilitas, dan manfaat bersama. Ia mendorong pendekatan inovatif untuk mengelola isu bilateral dan koordinasi efektif dari kegiatan diplomatik tingkat tinggi melalui keterlibatan multi-level yang fleksibel.
Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan, Perdana Menteri menekankan perlunya menghidupkan kembali mesin pertumbuhan tradisional sambil mengembangkan mesin pertumbuhan baru, termasuk promosi investasi keluar dan masuk, serta kerja sama dalam sains dan teknologi, inovasi, transformasi digital, industri teknologi tinggi, semikonduktor, kecerdasan buatan, komputasi awan, dan Internet of Things (IoT).
Perdana Menteri juga menyoroti pentingnya memperluas pasar ekspor, memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas yang telah ditandatangani, dan menyelesaikan perjanjian baru dengan pasar potensial seperti Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, India, dan Brasil. Ia juga mendukung bisnis di sektor kunci seperti elektronik, otomotif, tekstil, dan mesin untuk meningkatkan ekspor dan berintegrasi ke dalam rantai pasokan global.
Perdana Menteri meminta implementasi cepat dari Resolusi Majelis Nasional No. 222/2025/QH15 tentang pengembangan pusat keuangan internasional di Vietnam, dengan mencatat minat dari negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Kazakhstan untuk berbagi keahlian. Ia juga mengarahkan Kementerian Luar Negeri untuk memimpin penyusunan resolusi Majelis Nasional tentang mekanisme khusus untuk melaksanakan Resolusi 59 Politbiro mengenai integrasi internasional yang proaktif dan komprehensif.
Perdana Menteri menekankan bahwa meskipun target pertumbuhan 8,3–8,5% pada tahun 2025 adalah tantangan signifikan, hal itu dapat dicapai. Ia mendorong kementerian, sektor, lokalitas, bisnis, asosiasi, dan misi luar negeri Vietnam untuk bekerja sama secara erat, mengatasi kesulitan dan tantangan, serta secara efektif melaksanakan diplomasi ekonomi, sehingga menciptakan momentum dan posisi bagi negara untuk memasuki era baru pembangunan dengan percaya diri.