Keputusan Arab Saudi untuk meningkatkan ekspor minyak ke China, di tengah keputusan OPEC+, membuka perspektif sosial-psikologis yang menarik. Perubahan ini, yang dilihat dari konteks sosial-psikologis, mengungkapkan dinamika kompleks dalam perilaku konsumen, persepsi publik, dan dampaknya terhadap masyarakat.
Arab Saudi berencana meningkatkan ekspor minyak ke China menjadi sekitar 51 juta barel pada Agustus 2025. Peningkatan sebesar 4 juta barel dibandingkan Juli ini merupakan bagian dari strategi untuk merebut kembali pangsa pasar di China, importir minyak terbesar di dunia. Peningkatan ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang stabilitas harga energi dan dampaknya terhadap biaya hidup sehari-hari.
Keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai Agustus 2025, juga memiliki dampak sosial-psikologis. Keputusan ini, yang mengikuti peningkatan sebelumnya sebesar 411.000 barel per hari pada Juni 2025, bertujuan untuk secara bertahap menghapus pemotongan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang telah berlaku sejak April 2024. Kenaikan produksi ini dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola ekonomi dan memastikan ketersediaan energi yang terjangkau.
Di Indonesia, kenaikan harga minyak dan dampaknya terhadap harga kebutuhan pokok seringkali menjadi perhatian utama masyarakat. Perilaku konsumen cenderung berubah, dengan masyarakat mencari alternatif yang lebih hemat biaya. Selain itu, sentimen publik terhadap kebijakan pemerintah juga dapat terpengaruh, terutama jika kenaikan harga dirasakan memberatkan.
Kesimpulannya, keputusan Arab Saudi dan OPEC+ memiliki dampak sosial-psikologis yang signifikan. Perubahan dalam harga minyak, ketersediaan energi, dan kebijakan pemerintah dapat memengaruhi perilaku konsumen, persepsi publik, dan stabilitas sosial secara keseluruhan. Memahami dinamika ini penting untuk merumuskan kebijakan yang efektif dan memastikan kesejahteraan masyarakat.