Bisnis-bisnis di Vietnam semakin mahir dalam mengubah produk sampingan pertanian yang sebelumnya dianggap limbah menjadi barang ekspor bernilai tinggi yang ramah lingkungan. Tren inovatif dan berkelanjutan ini semakin populer di pasar internasional.
Sebuah lokakarya di Kota Ho Chi Minh pada 24 Agustus 2025, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Bisnis Barang Berkualitas Tinggi Vietnam dan Pusat Penelitian dan Dukungan Bisnis, menyoroti potensi besar dari sumber daya alam Vietnam. Tema lokakarya, "Ketika Jerami Menjadi Emas Hijau di Rak Global," menampilkan kisah sukses berbagai perusahaan yang memanfaatkan produk sampingan pertanian seperti bulrush, ampas kopi, serat loofah, dan sedge.
Vietnam Housewares, misalnya, telah berhasil mengubah bulrush menjadi berbagai produk rumah tangga dan furnitur ramah lingkungan. Direktur Jenderal Lai Tri Moc menyatakan bahwa bulrush tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memenuhi standar keamanan kimia internasional, menjadikannya cocok untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat. Budidaya bulrush yang mudah dan pasokan yang stabil membantu masyarakat di Delta Mekong mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan dengan biaya rendah, sekaligus meningkatkan daya saing kerajinan tangan Vietnam secara global.
Loofah Village, yang didirikan oleh Do Dang Khoa, telah mengembangkan lebih dari 20 lini produk dari loofah, termasuk barang rumah tangga, dekorasi interior, dan mainan hewan peliharaan. Perusahaan ini telah mengekspor produk loofah ke Jepang selama lebih dari satu dekade berkat daya tahan dan keramahan lingkungannya, dan kini memperluas jangkauannya ke Korea Selatan, Eropa, dan Jerman. Melalui penjualan online dan livestreaming, Loofah Village menerima ratusan pesanan setiap hari.
Faslink, yang dipimpin oleh Direktur Pelaksana Tran Hoang Phu Xuan, berfokus pada inovasi dalam industri fesyen dengan menciptakan serat tekstil dari daun pandan dan ampas kopi. Serat daun pandan memiliki sifat antibakteri dan tahan UV tanpa bahan kimia, sementara serat kopi juga digunakan untuk pakaian yang ringan dan multifungsi. Pasar negara maju seperti Eropa semakin menuntut produk yang menunjukkan dampak lingkungan dan sosial yang positif, mendorong perusahaan Vietnam untuk memenuhi standar yang lebih tinggi.
Ketua Asosiasi Barang Berkualitas Tinggi Vietnam, Vu Kim Hanh, menekankan bahwa tren konsumen yang lebih menyukai bahan alami dan produk tradisional merupakan gerakan konsumen yang kuat. Ia menyatakan bahwa Vietnam memiliki sumber daya alam yang berharga yang, dengan penelitian, inovasi, dan komersialisasi yang tepat, dapat menjadi "emas hijau" di pasar global. Keberhasilan ini sejalan dengan meningkatnya permintaan global akan produk berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang memberikan keunggulan kompetitif bagi bisnis Vietnam.
Secara keseluruhan, pemanfaatan produk sampingan pertanian tidak hanya mengurangi limbah dan melindungi lingkungan, tetapi juga menciptakan produk bernilai tinggi, memperluas pasar ekspor, dan meningkatkan nilai merek bisnis Vietnam. Dengan nilai ekspor kerajinan tangan Vietnam yang mencapai sekitar 3,5 miliar USD pada tahun 2023 dan target 4 miliar USD pada tahun 2025, fokus pada keberlanjutan dan inovasi produk sampingan pertanian ini menempatkan Vietnam pada posisi yang kuat di pasar global.