Pada 16 Juli 2025, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengumumkan perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Langkah ini tidak hanya berdampak pada aliansi dan kedaulatan negara, tetapi juga memiliki implikasi teknologi yang menarik.
Dari perspektif teknologi, langkah ini membuka peluang baru untuk modernisasi dan integrasi digital. Kritik terhadap Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) dan kemungkinan penarikan diri menandakan keinginan Armenia untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara yang memiliki keunggulan teknologi. Kemitraan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa dapat memfasilitasi transfer teknologi dan investasi di bidang digital, yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Selain itu, rencana diversifikasi ekonomi Armenia melalui kolaborasi dengan berbagai negara, termasuk Eropa, India, Iran, dan China, juga memiliki dimensi teknologi. Kerja sama ini dapat mendorong inovasi di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, teknologi informasi, dan manufaktur. Pemerintah Armenia dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing di pasar global.
Pertimbangan untuk membekukan atau memutuskan hubungan militer dengan Rusia juga dapat membuka peluang untuk mengadopsi teknologi pertahanan yang lebih canggih dari negara-negara Barat. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan keamanan Armenia dan memperkuat posisinya di kawasan.
Perubahan kebijakan luar negeri ini, yang juga dapat memengaruhi hubungan dengan Azerbaijan, menunjukkan bahwa Armenia sedang berusaha untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam semua aspek kehidupan bernegara. Kesimpulannya, perubahan kebijakan luar negeri Armenia memiliki dampak teknologi yang signifikan, membuka jalan bagi modernisasi, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.