Kesepakatan politik tentang Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa yang diumumkan pada 13 Juli 2025, memberikan perspektif ekonomi yang menarik. Setelah lebih dari satu dekade negosiasi, kedua belah pihak mencapai konsensus tentang semua aspek perjanjian, membuka babak baru dalam hubungan ekonomi.
CEPA mencakup 24 elemen kunci, termasuk perdagangan barang dan jasa, investasi, standar teknis, dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Indonesia bertujuan untuk meningkatkan ekspor ke UE sebesar 50% dalam tiga tahun, terutama di bidang tekstil, minyak sawit, energi terbarukan, dan semikonduktor. Perjanjian ini juga mengakui minyak sawit Indonesia sebagai komoditas yang sah. Dari sudut pandang ekonomi, peningkatan ekspor ini akan memberikan dampak positif yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peningkatan ekspor akan meningkatkan pendapatan negara, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong investasi di berbagai sektor.
Namun, perjanjian ini juga menghadirkan tantangan. Perusahaan Indonesia harus mampu bersaing dengan perusahaan Eropa yang sudah mapan. Selain itu, Indonesia perlu memastikan bahwa standar teknis dan kualitas produk memenuhi persyaratan UE. Pemerintah Indonesia perlu memberikan dukungan kepada perusahaan-perusahaan lokal, termasuk melalui pelatihan, bantuan keuangan, dan fasilitasi akses ke pasar. Perjanjian ini juga akan mendorong investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia, yang akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Secara keseluruhan, CEPA merupakan perjanjian yang sangat penting bagi Indonesia. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan perjanjian ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperkuat daya saing, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan implementasi CEPA akan sangat bergantung pada kerjasama yang erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.