Pada 11 Juli 2025, Partai Pekerja Kurdistan (PKK) memulai proses perlucutan senjata di Irak Utara, menandai langkah signifikan menuju pengakhiran konflik bersenjata dengan Turki. Dari sudut pandang kesehatan dan keselamatan, peristiwa ini menyoroti berbagai aspek yang perlu diperhatikan.
Konflik bersenjata, seperti yang terjadi antara PKK dan Turki, memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), konflik bersenjata meningkatkan risiko cedera fisik, trauma psikologis, dan penyebaran penyakit menular. Proses perlucutan senjata, yang diharapkan selesai dalam tiga hingga lima bulan, membuka peluang untuk mengurangi risiko-risiko tersebut.
Reintegrasi mantan pejuang PKK ke dalam masyarakat merupakan tantangan penting. Program rehabilitasi dan dukungan psikologis sangat penting untuk membantu mereka mengatasi trauma dan membangun kembali kehidupan mereka. Selain itu, memastikan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai bagi semua warga, termasuk mereka yang terkena dampak konflik, adalah kunci untuk memulihkan kesehatan masyarakat.
Pemerintah Turki dan Irak memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi semua warga. Ini termasuk memastikan keamanan fisik, menyediakan akses ke layanan kesehatan, dan mengatasi masalah sosial dan ekonomi yang berkontribusi pada konflik. Dengan fokus pada kesehatan dan keselamatan, proses perdamaian dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat di wilayah tersebut.