Iran dan Irak telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang kontrak ekspor gas selama lima tahun, yang sebelumnya akan berakhir pada 20 Juni 2024. Kesepakatan ini diumumkan oleh Kepala Perusahaan Gas Nasional Iran (NIGC), Majid Chegeni, pada 10 Mei 2024. Perpanjangan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk memperkuat hubungan energi mereka dan memastikan pasokan gas yang stabil bagi Irak.
Namun, pada 26 Februari 2025, juru bicara Kementerian Listrik Irak, Ahmed Musa, mengonfirmasi bahwa pengecualian sanksi AS yang memungkinkan Irak membeli gas dari Iran akan berakhir pada 8 Maret 2025. Meskipun demikian, Musa menyatakan bahwa pemerintah Irak berupaya untuk mendapatkan pengecualian baru dan sedang mencari sumber gas alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Untuk mengurangi ketergantungan pada gas Iran, Irak telah menjajaki kemungkinan impor gas dari negara-negara seperti Qatar dan Oman. Selain itu, Irak berencana untuk menyewa terminal LNG terapung dari Breeze Investment yang berbasis di UEA, yang diharapkan dapat beroperasi pada pertengahan tahun 2025. Terminal ini akan berlokasi di pelabuhan Khor al-Zubair dan mampu memasok gas dalam jumlah signifikan untuk memenuhi kebutuhan energi Irak.
Selain itu, pada 30 Juli 2025, Kementerian Listrik Irak mengumumkan bahwa pasokan gas dari Iran akan dilanjutkan setelah pekerjaan pemeliharaan selesai. Juru bicara kementerian, Ahmed Musa, menyatakan bahwa Iran telah menginformasikan bahwa ekspor gas ke Irak akan dilanjutkan setelah pemeliharaan selesai, yang diharapkan dapat membantu mengatasi kekurangan pasokan energi di Irak.
Langkah-langkah ini mencerminkan upaya Irak untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan mengurangi ketergantungan pada satu sumber, sambil memperkuat kerjasama regional dalam sektor energi.