Data terbaru yang dirilis pada tahun 2025 mengkonfirmasi bahwa kendaraan listrik (EV) secara signifikan lebih aman daripada kendaraan mesin pembakaran internal (ICE) dalam hal risiko kebakaran. Analisis oleh Auto Insurance EZ, yang mengumpulkan data kecelakaan lalu lintas terperinci di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa frekuensi kebakaran pada EV adalah sekitar 25 per 100.000 kendaraan yang terjual. Sebagai perbandingan, kendaraan hibrida melaporkan sekitar 3.475 kebakaran per 100.000 kendaraan yang terjual, sementara kendaraan dengan mesin pembakaran internal (bensin atau diesel) mengalami sekitar 1.530 kebakaran per 100.000 kendaraan yang terjual. Angka-angka ini menunjukkan bahwa kendaraan konvensional sekitar 61 kali lebih mungkin mengalami kebakaran dibandingkan EV.
Data dari Swedia juga mendukung temuan ini, dengan mobil bensin dan diesel 29 kali lebih mungkin terbakar dibandingkan EV. Namun, perlu dicatat bahwa ketika kebakaran baterai EV terjadi, penanganannya bisa lebih kompleks. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Republik Ceko melaporkan bahwa reaksi kimia dalam baterai dapat berlanjut bahkan setelah api padam, yang berpotensi menyebabkan penyalaan kembali. Pemadam kebakaran sering kali menggunakan metode seperti merendam baterai yang terbakar dalam wadah berisi air untuk memadamkan api. Sebagian besar kebakaran EV terjadi saat pengisian daya, sehingga disarankan untuk menggunakan peralatan pengisian daya bersertifikat dan mengikuti instruksi pabrikan kendaraan. Produsen mobil telah menerapkan fitur perlindungan baru untuk meningkatkan keselamatan EV, dan penggunaan peralatan pengisian daya yang bersertifikat serta pemasangan perangkat arus residual sangat penting untuk meminimalkan risiko insiden kebakaran.