The Velvet Sundown, sebuah band rock yang muncul di Spotify pada pertengahan 2025, dengan cepat mendapatkan banyak penggemar. Pada 10 Juli 2025, band ini memiliki lebih dari 1 juta pendengar bulanan. Lagu andalan mereka, "Dust on the Wind," telah diputar lebih dari 1,1 juta kali.
Para anggota band, termasuk Gabe Farrow, Lennie West, Milo Rains, dan Orion "Rio" Del Mar, tidak memiliki jejak online yang dapat diverifikasi di luar profil Spotify mereka. Gambar media sosial dan foto pers mereka mengindikasikan konten yang dihasilkan AI, memicu spekulasi. Band ini merilis pernyataan yang mengakui identitas mereka yang dihasilkan AI, menggambarkan proyek ini sebagai upaya musik sintetis yang dipandu oleh arahan kreatif manusia.
Musik mereka, yang diproduksi menggunakan alat AI seperti Suno, dicirikan oleh melodi gitar yang lembut dan vokal pria. Album seperti "Floating on Echoes" dan "Dust and Silence" dirilis pada Juni 2025. Kemunculan The Velvet Sundown telah memicu diskusi yang lebih luas tentang peran AI dalam industri musik. Album ketiga mereka, "Paper Sun Rebellion," dijadwalkan rilis pada 14 Juli 2025.
Fenomena The Velvet Sundown ini menarik perhatian di Indonesia, di mana industri musik juga sedang mengalami transformasi digital yang signifikan. Penggunaan AI dalam penciptaan musik membuka peluang baru bagi para musisi dan produser di Indonesia. Hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang hak cipta, kreativitas, dan peran manusia dalam proses kreatif. Para pelaku industri musik di Indonesia perlu mencermati perkembangan ini dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, sambil tetap menghargai nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.