Brigitte Macron, Ibu Negara Prancis, telah menjadi sasaran rumor transfobik yang berkelanjutan sejak 2021. Rumor ini, yang menyebar luas secara online, mengklaim bahwa ia sebenarnya lahir sebagai seorang pria bernama Jean-Michel Trogneux. Artikel ini akan membahas kasus ini dari perspektif kesehatan dan keselamatan, menyoroti dampak negatifnya pada kesejahteraan mental dan sosial.
Pada tahun 2024, Natacha Rey dan Amandine Roy dinyatakan bersalah atas pencemaran nama baik karena menyebarkan berita bohong ini. Namun, rumor tersebut terus beredar, terutama di dunia maya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh organisasi kesehatan mental Prancis, paparan terus-menerus terhadap berita bohong seperti ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres dan kecemasan pada individu yang menjadi target, serta pada masyarakat secara keseluruhan. Studi lain menunjukkan bahwa penyebaran informasi yang salah dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi dan tokoh masyarakat, yang dapat mengarah pada polarisasi sosial dan peningkatan risiko kekerasan.
Presiden Emmanuel Macron telah secara terbuka mengutuk penyebaran informasi yang salah ini, yang menyoroti kerusakan yang ditimbulkannya. Kasus ini menyoroti masalah yang lebih luas dari kampanye disinformasi yang menargetkan wanita terkenal. Dari perspektif kesehatan dan keselamatan, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi dampak negatif dari rumor dan disinformasi. Ini termasuk mempromosikan literasi media, mendukung korban, dan mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang menyebarkan informasi yang salah.
Kesimpulannya, kasus Brigitte Macron adalah pengingat akan pentingnya melindungi kesehatan mental dan keselamatan masyarakat dari dampak negatif rumor dan disinformasi. Dengan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan aman.