Keabadian kuantum adalah konsep spekulatif yang muncul dari interpretasi mekanika kuantum, khususnya Interpretasi Banyak Dunia (Many-Worlds Interpretation/MWI). Konsep ini mengusulkan bahwa kesadaran seseorang mungkin tidak pernah mengalami kematian, karena kesadaran tersebut akan terus ada dalam cabang realitas alternatif tempat mereka selamat.
Menurut MWI, setiap peristiwa kuantum menghasilkan pembagian alam semesta menjadi beberapa cabang, masing-masing mewakili hasil yang berbeda dari peristiwa tersebut. Dalam konteks ini, jika seseorang menghadapi peristiwa yang berpotensi fatal, kesadaran mereka akan terus ada dalam cabang di mana mereka selamat, sementara cabang lain mungkin berisi versi mereka yang tidak selamat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sifat kesadaran dan realitas itu sendiri.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Max Tegmark pada akhir 1980-an. Tegmark mengusulkan bahwa kesadaran manusia dapat berpindah dari satu alam semesta ke alam semesta lain setelah kematian fisik, memungkinkan individu untuk terus hidup dalam realitas paralel. Namun, teori ini tetap spekulatif dan belum didukung oleh bukti empiris yang kuat.
Beberapa kritik terhadap konsep keabadian kuantum mencakup tantangan dalam memverifikasi klaim ini secara ilmiah, karena kesadaran dan pengalaman subjektif tidak dapat diukur atau diuji secara langsung. Selain itu, teori ini menimbulkan pertanyaan etis dan filosofis mengenai identitas pribadi, kontinuitas kesadaran, dan makna kehidupan dan kematian.
Secara keseluruhan, keabadian kuantum tetap menjadi topik diskusi yang menarik dalam fisika teoretis dan filsafat, meskipun masih jauh dari konsensus ilmiah dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami implikasi dan validitasnya.