Dalam pencapaian terobosan, para ilmuwan di China telah mengembangkan sistem pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi gelembung plasma ekuatorial (EPB), gangguan tak kasat mata di ionosfer Bumi. Gelembung-gelembung ini, yang dapat mengganggu komunikasi GPS dan radio, sangat sulit dilacak. Sistem baru, yang menganalisis emisi cahaya atmosfer, telah mencapai tingkat keberhasilan yang mengesankan sebesar 88% dalam mendeteksi ancaman ini.
EPB, yang sering digambarkan sebagai “lubang di keju” di ionosfer, terbentuk setiap malam di atas khatulistiwa dan dapat menyebabkan masalah signifikan. Mereka mendistorsi gelombang radio dan sinyal GPS, yang berpotensi menyebabkan gangguan komunikasi dan kesalahan navigasi. Dampaknya signifikan, dengan insiden di masa lalu, seperti kecelakaan helikopter tahun 2002, menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh gelembung-gelembung ini.
Inovasi tim China menggunakan AI untuk menganalisis cahaya atmosfer, cahaya redup di atmosfer. Dengan melatih algoritma AI pada lebih dari satu dekade gambar cahaya atmosfer, sistem dapat mengidentifikasi distorsi halus yang disebabkan oleh EPB. Kemajuan ini dapat merevolusi keselamatan penerbangan dan keandalan komunikasi, khususnya di wilayah seperti Hong Kong, di mana gangguan ini sering terjadi.
“Model kami memberikan penilaian komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh gelembung-gelembung ini, yang penting untuk keselamatan penerbangan di wilayah seperti Hong Kong,” kata ilmuwan utama Yiping Jiang. Meskipun sistem bergantung pada cahaya atmosfer, yang dapat terbatas selama periode aktivitas matahari rendah, penemuan ini menandai langkah penting dalam mengurangi dampak dari fenomena atmosfer tak kasat mata ini. Sistem di masa mendatang dapat menggabungkan AI dengan data satelit real-time untuk mengeluarkan peringatan selama periode berisiko tinggi.